Presiden Joko Widodo baru saja menunjuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang baru, Archandra Tahar. Ia menggantikan posisi yang sebelumnya diduduki oleh Sudirman Said.
Berbeda dengan Sudirman Said yang pernah berkiprah di PT Pertamina dan PT Pindad, sosok Archandra masih misterius bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Maklum, pria asal Sumatera Barat ini lebih banyak berkiprah di industri minyak dan gas di Amerika Serikat.
"Tentu Presiden memberikan pilihan telah melalui banyak pertimbangan. Sebagai orang baru, Archandra sangat membutuhkan dukungan dari para Eselon I untuk mengetahui kondisi internal serta persoalan migas dan minerba di Indonesia," kata Wakil Ketua Komisi VII Satya Widya Yudha saat dihubungi Suara.com, Kamis (28/7/2016).
Politisi Golkar tersebut mengingat tugas Archandra sangatlah berat. Mulai dari membangun kebijakan yang berorientasi kemandirian energi secara berkelanjutan, sampai melakukan harmonisasi regulasi migas dan minerba. "Termasuk soal revisi UU Migas dan UU Minerba. Dia harus membangun kerjasama yang baik dengan legislatif, tentunya," ujar Satya.
Regulasi migas dan minerba yang harmonis sangatlah krusial. Karena faktor ini akan menentukan seberapa besar Indonesia mampu mendongkrak arus investasi yang masuk ke sektor migas, energi, maupun minerba. Baik dari dalam negeri maupun luar negeri. "Regulasi harmonis ini sangat menentukan untuk perbaikan iklim investasi energi," tutup Satya.
Harus diakui, memang tidak banyak informasi yang bisa digali dari Archandra, karena dirinya lebih banyak berkiprah di luar negeri. Sebelum masuk kabinet, Archandra tercatat sebagai Direktur Asia Offshore Consulting Llc dan Presiden Petroneering Consulting Houston berdomisili di Texas, Amerika Serikat. Ia bekerja sebagai profesional di perusahaan tersebut sejak Oktober 2013, setelah sebelumnya bekerja di Horton Wison Deepwater Inc.
Dikutip dari beberapa publikasi, Archandra menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) dan melanjutkan S2 di Texas A&M University of America. Usai kuliah, pria berdarah Minangkabau ini merantau ke negari Paman Sam untuk bekerja di beberapa perusahaan internasional dibidang migas.
Archandra merupakan pemilik hak paten untuk teknologi McT (Multi Column TLP) Floating Platform, dan pernah diundang PT Pertamina (Persero) untuk memaparkan konsep teknologi yang dimilikinya untuk digunakan di lapangan L-Parigi.