BKPM Pertemukan 7 Penguasaha Cina dengan Pengusaha Lokal

Adhitya Himawan Suara.Com
Jum'at, 15 Juli 2016 | 09:55 WIB
BKPM Pertemukan 7 Penguasaha Cina dengan Pengusaha Lokal
Dialog Investasi BKPM yang mengusung tema “Evaluasi dan Capaian Layanan Investasi Tiga Jam” di Jakarta, Kamis (9/6/2016). [BKPM]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada Rabu(13/7/2016) melakukan kegiatan matchmaking yang mempertemukan tujuh perusahaan Cina yang berminat menanamkan modalnya di Indonesia dengan sembilan perusahaan lokal yang siap bermitra. Dari sembilan perusahaan lokal yang siap bermitra tiga perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak di kawasan industri yang siap menjadi pilihan lokasi bagi investor Cina tersebut. Kegiatan tersebut diharapkan dapat membantu mempercepat investor Cina untuk dapat segera merealisasikan minatnya dalam menanamkan modalnya di Indonesia.

Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan bahwa kegiatan untuk mempertemukan pengusaha tersebut merupakan bagian dari pelayanan paripurna (end to end services) yang dilakukan BKPM bagi investor. ”Partner lokal merupakan salah satu aspek yang krusial dalam berinvestasi, kegiatan matchmaking ini mencoba untuk menjembatani hal tersebut. Masalah deal atau tidaknya itu urusan business to business,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Rabu (13/7/2016).

Menurut Franky, selama ini banyak investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia dan kesulitan mencari mitra lokal, sementara beberapa bidang usaha yang ada masih mensyaratkan adanya prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan Indonesia. ”Kegiatan ini merupakan salah satu tanggung jawab BKPM dalam memberikan solusi bagi investor yang kesulitan mencari mitra lokal tersebut,” jelasnya.

Dalam kegiatan tersebut, tujuh perusahaan Cina yang ingin bermitra merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan investasi, tekstil, konstruksi, otomotif, perdagangan, pertanian, ekonomi digital dan sektor manufaktur. ”Kami juga menghadirkan perusahaan-perusahaan nasional yang memiliki potensi untuk bermitra dengan investor Cina tersebut. Termasuk di antaranya tiga perusahaan pengelola kawasan industri,” papar Franky.

Selain tujuh perusahaan yang ingin bermitra, sebuah perusahaan di bidang industri plastik Biaxially Oriented Polypropylene Films (BOPP) turut menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Perusahaan direncanakan akan menanamkan modalnya sebesar 30 juta Dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp 405 miliar dengan kurs APBN Rp 13.500 dengan lokasi yang diminati yaitu Jakarta dan Semarang.

Kunjungan delegasi bisnis dari Provinsi Fujian Cina tersebut diawali oleh delegasi pemerintah Provinsi Fujian yang mengunjungi BKPM kemarin (12/7). Dalam pertemuan tersebut, delegasi pemerintah Provinsi Fujian membahas rencana kunjungan Kepala BKPM ke Cina pekan depan.

Sementara Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Tampa Hutapea yang juga merupakan deputy in charge untuk wilayah pemasaran Cina menyampaikan bahwa kegiatan matchmaking tersebut akan dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan investor Cina yang hadir.

”Beberapa investor yang hadir masih dalam tahap penjajakan. Namun demikian, sebisa mungkin kami akan memfasilitasi kebutuhan investor Cina tersebut, termasuk mitra lokal. Untuk lokasi investasi dapat juga memanfaatkan lokasi di kawasan industri yang ada, atau bila memang diluar dari lokasi yang ada kami akan mempertemukan dengan kawasan industri yang mereka minati,” kata Tamba.

Tamba menilai bahwa minat investasi dari Cina yang meningkat dalam beberapa waktu terakhir semakin memperkokoh posisi Indonesia sebagai negara tujuan investasi. ”Kami akan terus berkoordinasi dengan kementerian teknis serta perwakilan RI di LN untuk mengawal investasi yang masuk,” lanjutnya.

Dari data yang dimiliki oleh BKPM untuk periode 2010-2015, tercatat sudah 52,3 miliar Dolar AS komitmen investasi asal Cina terdaftar di BKPM. Untuk periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari Republik Rakyat Cina (RRC) mencapai 464 juta Dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi Cina tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong (RRC).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI