Bursa Saham AS dan Eropa Sama-sama Menguat

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 11 Juli 2016 | 09:02 WIB
Bursa Saham AS dan Eropa Sama-sama Menguat
Suasana bursa saham Frankfurt, Jerman. [Antara/Reuters]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (1/7/2016) ditutup turun sebesar 45 poin atau 0,90 persen ke level 4.971 setelah bergerak di antara 4.971-5.039. Sebanyak 117 saham naik, 182 saham turun, 85 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 5.389 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) Rp 862 miliar.

Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Managing Partner PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe, Senin (11/7/2016).

Menurutnya, IHSG melemah 45 point, membentuk candle dengan body turun panjang dan shadow pendek diatas indikasi tekanan turun. "IHSG berpeluang melemah terbatas dengan support di level 4950 sampai 4880 dan resistance di level 5000 sampai 5040," kata Kiswoyo.

Sementara itu, pasar saham Amerika bergerak menguat. Indeks acuan S&P 500 berada dalam rekor penutupan tertinggi, setelah Wall Street berhasil rally berkat data pertumbuhan pekerjaan ekonomi AS yang kembali menguat dari kuartal pertama. Indeks Dow Jones industrial average ditutup naik 250,86 poin atau 1,4 persen di 18.146,74, S&P 500 naik 32 poin atau 1,53 persen ke 2.129,9 dan indeks Nasdaq Composite men-guat 79,95 poin atau 1,64 persen ke 4.956,76.

Adapun pasar saham Eropa menguat di pertengahan dagang pada hari jum’at (8/7/2016). Pasar Eropa menguat disaat dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang uta-ma dunia. Indeks Stoxx Europe 600 naik 0,5 persen , dengan volume perdagangan sekitar 15 persen di bawah rata-rata dalam 30 perdagangan terakhir.

Sementara Bank Indonesia (BI) memprediksikan inflasi pada Juli 2016 atau setelah Lebaran akan lebih rendah dibandingkan pada masa Ramadan atau bulan Juni kemarin. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, Inflasi rendah pada Juli karena penurunan daya beli masyarakat setelah Lebaran. Kalau pola inflasi setelah Lebaran selalu lebih rendah dibandingkan masa puasa. Masa puasa, biasanya dulu 0,9 persen - 1,2 persen. Kemarin kita kan mencapai 0,6 persen.

Menurut Mirza, Inflasi pada Juli juga disebabkan oleh masuknya tahun ajaran baru sekolah. Sehingga masyarakat mem-beli keperluan sekolah. Kalau Juli, walaupun ada tahun ajaran baru dan inflasi agak lebih tinggi, tapi menurut kami polanya pola yang normal. Namun, Mirza tidak memberitahukan kisaran berapa Inflasi pada Juli. Pasalnya, dirinya belum melihat analisa inflasi yang dikerjakan oleh Bank Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI