Research Analyst Forextime Lukman Otnuga menilai sentimen terhadap ekonomi Indonesia membaik pada perdagangan hari Selasa (28/6/2016). Rupiah menguat dengan apresiasi paling tinggi dalam tiga pekan terakhir karena RUU Pengampunan Pajak yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pemerintah akhirnya disahkan.
"DPR memutuskan untuk mendukung RUU ini yang diperkirakan dapat menarik hingga 42 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) pendapatan dari luar negeri, yang berpotensi mendorong pertumbuhan PDB 2016 sebesar 0.3 persen poin menjadi 5.4 persen," kata Lukman dalam keterangan resmi, Rabu (29/6/2016).
Karena selera risiko membaik berdasarkan spekulasi peningkatan pertumbuhan domestik, IHSG ditutup menguat +0.95 persen hari Selasa kemarin. Walaupun isu Brexit telah memengaruhi pasar global, Bank Indonesia segera mengeluarkan pernyataan bahwa ekonomi Indonesia dapat menahan dampak keputusan Brexit. Rupiah mungkin terus menguat terhadap Dolar AS karena semakin tipisnya harapan peningkatan suku bunga AS memotivasi investor bearish untuk membuat Dolar semakin rendah.
Terkait situasi pasar saham global, Lukman mengakui nuansa kehati-hatian melanda seluruh pasar finansial pada perdagangan hari Senin (27/6/2016) karena efek Brexit memukul saham global secara menyeluruh dan menjatuhkan selera risiko investor. Walaupun sebagian besar pasar utama menguat dan menyiratkan bahwa sentimen global membaik pada hari Selasa, penurunan lebih lanjut dapat terjadi setelah peserta pasar sepenuhnya memahami realitas pahit terkait Brexit.
Kinerja saham Asia cukup tangguh pekan ini dengan peningkatan ekspektasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan mengintervensi penguatan JPY, namun penurunan dapat terjadi apabila aksi menghindari risiko semakin memperkuat Yen dan memperlemah Nikkei. Ketahanan saham Asia membuat saham Eropa juga meningkat. FTSE menguat 2.4 persen karena situasi Brexit yang sedikit membaik menjadi motivasi bagi sebagian investor untuk memasuki aset yang lebih berisiko.
Wall Street juga terpengaruh oleh Brexit pada perdagangan Senin kemarin, namun dapat menguat hari ini apabila optimisme dari Asia dan Eropa mendorong investor bullish untuk menggelar aksi beli. "Walaupun saham sepertinya mulai bangkit dari dampak Brexit, saham global bisa saja semakin melemah di masa mendatang apabila kekhawatiran tentang resesi yang disebabkan Brexit mendorong investor untuk meninggalkan aset berisiko," jelas Lukman.
Sementara itu, Investor yang bearish terhadap GBP mendapat dukungan pada perdagangan pekan ini. GBPUSD merosot ke level terendah 31 tahun yaitu 1.312 karena ketertarikan investor terhadap GBP amat terganggu oleh situasi yang tidak pasti dan menggelisahkan ini. Posisi GBP tetap rentan mengingat beragam potensi implikasi Brexit terhadap ekonomi Inggris dan begitu banyak pertanyaan yang masih belum terjawab pasca Brexit. Peningkatan GBP akan terbatas.
"Kita harus waspada karena masa depan Inggris masih belum pasti dan spekulasi pemotongan suku bunga Bank of England apabila terjadi resesi pasca Brexit semakin besar; investor bearish mendapat dasar untuk kembali mengadakan aksi jual. Dampak Brexit dapat berlanjut hingga Triwulan 3 sehingga GBP, EUR, dan saham global terancam menghadapi periode sulit yang berkepanjangan. Dunia telah mengetahui keinginan Inggris Raya untuk keluar dari Uni Eropa dan kekalahan Inggris yang memalukan melawan Islandia di Piala Eropa bagaikan menekankan kembali maksud Inggris," urai Lukman.
Dari sudut pandang teknikal, GBPUSD bearish dan breakdown di bawah 1.3350 telah membuka jalan menuju 1.3200. Apabila investor bearish berhasil melampaui level support 1.3200, maka penjual akan terdorong untuk mengantarkan GBPUSD menuju 1.3100.
Brexit sendiri berpotensi menjadi salah satu krisis terbesar dalam sejarah Uni Eropa. Muncul kekhawatiran bahwa negara lainnya di Zona Euro juga akan meminta keluar dari Uni Eropa. Mario Draghi telah menyatakan keprihatinannya atas hasil Brexit yang dapat mengganggu ekonomi Eropa yang saat ini sudah sangat kesulitan menghadapi pertumbuhan PDB yang lemah dan inflasi yang melambat. Para pemimpin negara Eropa akan membahas serangkaian topik global dan ekonomi di konferensi Selasa kemarin (28/6/2016). Walaupun diskusi informal Brexit sudah dianggap tidak mungkin terjadi, sebagian pemimpin negara mungkin memikirkan hal ini. Brexit menambah parah situasi di Zona Euro sehingga ECB mungkin mengimplementasikan kebijakan moneter lebih lanjut demi meningkatkan stabilitas. Sentimen terhadap Euro cukup bearish dan dapat semakin memburuk karena masalah Brexit membuat investor beralih dari Euro ke mata uang yang dianggap lebih aman seperti Yen dan Dolar.