Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan hari Selasa (21/6/2016) karena di luar dugaan kubu pro Inggris tetap bergabung di Uni Eropa atau lazim disebut Bremain memimpin sehingga memperbesar harapan kemenangan Bremain di referendum hari Kamis (23/6/2016).
Investor bullish layak dipuji atas kemampuannya memperkuat sebagian besar saham utama Indonesia, namun investor harus tetap waspada karena penghindaran risiko tetap tinggi. Sentimen terhadap ekonomi Indonesia tetap agak bearish setelah World Bank mengurangi proyeksi pertumbuhan negara ini di tahun 2016. "Hal ini dapat mendorong investor bearish untuk menyerang IHSG di jangka waktu menengah," kata Lukman dalam keterangan resmi, Rabu (22/6/2016).
Lukman mengakui bahwa pasar global tertekan pada perdagangan hari Selasa (21/6/2016) karena kegelisahan seputar dampak luar biasa Inggris akan keluar dari Uni Eropa atau Brexit terhadap ekonomi global sangat mengganggu sentimen. Walaupun pasar saham menguat karena optimisme "Bremain" pada perdagangan pekan ini, peningkatan kewaspadaan dan kegelisahan menjelang referendum Uni Eropa pada Kamis (23/6/2016) Juni dapat memicu aksi jual yang tak terduga.
"Sepertinya ekspektasi Brexit dan volatilitas harga minyak memberi dampak yang sama pada optimisme global. Spekulasi Brexit mengikis optimisme terhadap ekonomi global sehingga mendorong investor untuk menghindari aset berisiko. Investor bullish memang berhasil memperkuat sebagian besar saham utama di tengah ketidakpastian Brexit, namun investor harus tetap waspada karena lingkungan trading saat ini masih menghindari risiko," jelas Lukman.
Ancaman Brexit mempersulit langkah Fed
Pasar akan mengarahkan perhatian kepada Gubernur Fed Janet Yellen yang akan bersaksi di hadapan Senate Banking Committee di Washington DC. Harapan kenaikan suku bunga Fed di Triwulan 2 semakin tipis dan perkembangan isu Brexit menghalangi upaya bank sentral Amerika Serikat ini untuk mengambil langkah. Walaupun data dari AS sejauh ini cenderung positif, ketidakpastian global dan potensi ancaman Brexit terhadap ekonomi global memaksa Fed untuk meninjau kembali posisinya. Karena harapan kenaikan suku bunga AS semakin pudar dan kekhawatiran Brexit semakin tinggi, USD rentan melemah. Apabila Brexit benar-benar terjadi, Fed mungkin terpaksa tidak mengambil langkah dan ini akan menjadi pondasi bagi investor bearish untuk mengadakan aksi jual besar-besaran untuk Indeks Dolar.
Indeks Dolar dibuka di bawah 94.00 pada hari Senin dan dapat mendekati 93.00 apabila momentum bearish ini berkepanjangan. Dari sudut pandang teknikal, harga berada di bawah 20 SMA harian sedangkan MACD juga telah melintas ke bawah. Level support sebelumnya yaitu 94,00 dapat berubah menjadi level resistance dinamis yang dapat membuka jalan menuju 92.00.
Peringatan tentang Brexit semakin intensif
Topik Brexit terus mendominasi pasar global dan berbagai tokoh finansial penting telah berulang kali menyuarakan pandangannya tentang dampak negatif luar biasa Brexit terhadap Inggris dan ekonomi global. Volatilitas GBP mencapai tingkat sangat tinggi dan dapat semakin parah karena ketidakpastian dan kegelisahan membuat investor menumpuk posisi spekulatif. Kedua kubu Brexit dan Bremain bergantian menduduki puncak survei, dan hingga saat ini belum pasti kubu mana yang sesungguhnya memimpin. Hal ini membuat GBP semakin tak terduga. Sentimen terhadap GBP tetap bearish dan ketertarikan investor terhadap GBP semakin rendah. Kita harus mengingat bahwa peningkatan tajam GBPUSD disebabkan oleh ekspektasi "Bremain", aksi ambil untung, dan melemahnya USD. "Bremain" maupun "Brexit" belum benar-benar terefleksikan sepenuhnya dalam harga dan investor akan lebih berhati-hati.
Sorotan Komoditas - Minyak Mentah WTI
Harga minyak mentah WTI sedikit menguat mendekati 48.40 Dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Selasa (21/6/2016) karena perkembangan Brexit dan penghindaran risiko membuat sebagian besar investor berhati-hati. Walaupun investor bullish berhasil mendorong harga minyak naik kembali ke level $48 pada perdagangan pekan lalu, harga dapat melemah karena masalah oversuplai masih terus berlanjut dan memberi motivasi bagi trader bearish untuk menyerang. Brexit dapat memicu anjloknya harga minyak karena potensi terjadinya resesi yang disebabkan oleh Brexit menimbulkan kecemasan tentang penurunan permintaan global.
"Dari sudut pandang teknikal, bears harus kembali mencapai di bawah 47.00 Dolar AS agar dapat membuka jalan ke penurunan lebih lanjut menuju 46.00 Dolar AS," tutup Lukman.