Chief Corporate Communication PT Astra International Tbk Pongki Pamungkas mengakui pihaknya sedang mengkaji proyek pembangunan jalan tol Trans Sumatera. Ini bagian dari upaya Group Astra melalui anak usahanya PT Astratel Nusantara untuk terus memaksimalkan ekspansi bisnis di sektor pembangunan infrastruktur jalan tol.
"Saat ini kami sedang mempelajari roadmap secara persis proyek jalan tol Trans Sumatera. Kalau posiibilitynya oke, kami akan masuk," kata Pongki dalam wawancara di Jakarta, Selasa (21/6/2016).
Sayangnya Pongki enggan memaparkan ruas mana dari proyek jalan tol Trans Sumatera yang akan diincar. Ia berdalih belum ada kesepakatan yang tetap dengan pihak Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. "Semua masih penjajakan. Saya belum berani ngomong. Yang pasti kami akan berusaha semaksimal mungkin mengembangkan bisnis kami di jalan tol ini," ujar Pongki.
Sebagaimana diketahui, megaproyek jalan tol Trans Sumatera menghubungkan Lampung hingga Aceh sepanjang 2.048 kilometer. Pembangunan megaproyek ini diperkirakan membutuhkan dana hingga Rp 360 triliun. Sebagian dana tersebut menggunakan penyertaan modal negara (PMN) yang diberikan pemerintah kepada BUMN.
Adapun BUMN yang diserahi tugas untuk membangun proyek itu adalah Jasa Marga, Hutama Karya, Wijaya Karya, dan Waskita Karya.
Banyak yang meyakini jika jalan tol Trans Sumatera terwujud sempurna 100 persen, Pulau Sumatera akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang bisa melampaui Pulau Jawa.
Hanya saja tantangan membangun jalan tol Trans Sumatera jauh lebih berat dibanding menuntaskan tol Trans Jawa. Hal ini diakui langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Basuki menyanggupi menuntaskan megaproyek Tol Trans Jawa pada 2018. Namun Basuki tak berani menargetkan Tol Trans Sumatera tuntas pada 2019. Ia mengakui, kemungkinan Tol Trans Sumatera baru bisa tuntas dibangun dan dioperasikan pada 2024.
Kendala utama dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera sehingga menelan waktu lama adalah kondisi permukaan tanah. Permukaan tanah di Sumatera banyak berbukit-bukit sehingga jauh lebih sulit dibandingkan Pulau Jawa. Apalagi Pulau Sumatera sendiri jauh lebih besar dari Pulau Jawa. “Jadi bukan karena terhambat sulitnya pembebasan lahan,” kata Basuki.