Setiap orang pasti memiliki hobi dalam kehidupan sehari0hari. Namun tak semua orang mampu mengolah hobi dalam kehidupan pribadinya menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Hanya sebagian orang saja yang bisa mengembangkan hobinya dengan menjadi sebuah bisnis professional dengan keuntungan menjanjikan.
William Liu, anak muda asal Medan, Sumatera Utara, ini adalah salah satunya. Lewat hobinya yang gemar mendesain grafis, William membangun bisnis melalui usaha startup (rintisan/pemula) Creo House.
“Waktu itu saya sekolah SMA Sutomo di Medan. Sewaktu saya sekolah hingga lulus tahun 2010, saya bebera kali mendapat proyek grafik desain untuk keperluan proyek sekolah seperti poster, atau desain grafis untuk beberapa kawan saya. Meskipun itu masih kecil-kecilan,” kata William dalam wawancara khusus dengan Suara.com di Jakarta, Minggu (12/6/2016).
Sejak SMA, otak dagang William sudah mulai jalan. Meskipun jasanya hanya dihargai Rp50 ribu-Rp70 ribu, namun penghasilan ini lumayan untuk menambah uang sakunya.
Sewaktu kuliah di Universitas Harapan di Medan periode 2010-2014, William mengambil kuliah di Fakultas Ekonomi. Diawal kuliah, ia nyambi bekerja di percetakan PT Inhouse Grafika selama setahun.
Mulai tahun kedua, William mulai berpikir membuka usaha sendiri.Namun usahanya ini belum dikelola professional dengan membuat brand bagi nama perusahaanya. Ia hanya bekerja secara lepas (freelance) menerima beberapa order desain grafis. “Bisa dibilang saya lebih sibuk berbisnis sehingga kuliah saya agak terbengkalai,” jelas William.
Selepas lulus kuliah pada tahun 2014, William diajak salah seorang sahabatnya untuk hijrah ke Jakarta dan memulai bisnis di ibu kota sebagai partner. Akhirnya berdirilah badan usaha bernama Creo House dimana William menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO). Namun usahanya ini belum berbentuk badan hukum secara resmi. “Kebetulan order Creo House tak cuma di Jakarta, tapi justru lebih banyak di Medan. Customer saya disana tak terlalu mempermasalahkan status badan hukum. Sehingga saya merasa belum perlu menghabiskan biaya untuk membuat Perseroan Terbatas (PT),” tambah William.
Secara perlahan-lahan, bisnis desain grafis Creo House mulai gencar merambah Jakarta. Market Jakarta dinilai paling menjanjikan dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Bidang usaha Creo House yang pertama adalah advertising, terutama brand identity. Kedua, jasa arsitek dengan menjalin partner dengan salah seorang sahabat William yang memiliki keahlian dalam bisa arsitektur.
Walau demikian, William menegaskan tak akan pernah meninggalkan pasar di Medan. Sebab ia bercita-cita agar posisi graphic designer tidak dipandang sebelah mata lagi di Medan. Sayangnya, kini bisnis desain grafis sudah menjamur di Medan dan banyak yang banting harga. “Kondis ini menjadi tantangan berat buat saya yang semula bercita-cita membuat profesi desain grafis lebih dihormati di Medan,” tutur William.
Namun William optimis potensi pasar di Medan masih besar. Terlebih dengan adanya pembangunan Bandara Kualanamu di Medan, ini memberikan stimulus bagi pasar desain grasif. Sebab pembangunan fisik tersebut memicu pembangunan di Medan. “Jika sebelumnya graphic designer dibayar Rp100 ribu-Rp200 ribu per order, kini tarifnya meningkat menjadi Rp1juta – Rp2 juta per order,” pungkas William.