Bank Indonesia (BI) meminta kepada pemerintah untuk tetap waspada dan mengantisipasi adanya isu kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau The Fed Rate dan adanya rencana Inggris keluar dari Uni Eropa atau dikenal dengan istilah Brexit dalam beberapa bulan ke depan.
Pasalnya, kedua hal tersebut dapat berimbas kepada kondisi perekonomian di Asia termasuk Indonesia. Ini disebabkan kondisi nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) akan mengalami pelemahan.
"Yang Brexit itu kan rencananya dilakukan 23 Juli, nah ini kita harus waspada. Ada risiko yang bisa membawa pergerakan nilai tukar yang mengarah kurang menguntungkan bagi kita sehingga perlu ada mitigasi. Kalau yang The Fed masih bisa diredam," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendar saat ditemui di kantor Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (17/6/2016).
Ia pun menjelaskan, dampak dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa ini dapat memberikan dampak yang siginifikan bagi dunia, pasalnya Inggris sudah sangat dikenal sebagai negara pusat keuangan dunia.
"Biasanya ada shock sih, kalau ada sesuatu yang berubah. Contohnya kayak waktu kasus Yunani, negara kecil tapi dampaknya ke mana-mana, tentu kita perlu antisipasi. Bank Indonesia siap untuk kendalikan. Kita sedang melakukan kajian untuk meredam dampak tersebut," katanya.