Bank Indonesia (BI) memprediksi pemulihan ekonomi global berlangsung lambat dan tidak merata. Sementara itu, risiko ketidakpastian di pasar keuangan global sedikit mereda.
"Meskipun indikator konsumsi dan inflasi menunjukkan bahwa ekonomi AS dalam tren membaik, perbaikan ekonomi AS masih belum terlalu kuat," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi, Kamis (16/6/2016).
Hal tersebut tercermin dari investasi nonresidensial yang masih melambat, kondisi pasar tenaga kerja yang belum terlalu kuat, dan ekspektasi inflasi ke depan yang semakin rendah. Kondisi ini diperkirakan akan mendorong The Fed untuk tetap berhati-hati dalam melakukan penyesuaian suku bunga Fed Fund Rate (FFR).
Di sisi lain, pemulihan ekonomi Eropa berlangsung moderat dan dibayangi risiko keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), yang berpotensi menambah tekanan di pasar keuangan global. Perekonomian Jepang masih lemah, terlihat dari ekspor yang menurun, konsumsi yang stagnan, serta deflasi yang meningkat. Kondisi tersebut mendorong berlanjutnya kebijakan moneter yang akomodatif di negara-negara maju. Sementara itu, perbaikan ekonomi Tiongkok kembali tertahan, yang tercermin dari melambatnya investasi, produksi dan konsumsi.
"Di pasar komoditas, harga minyak dunia bergerak naik, meskipun ke depan diperkirakan masih berada pada level yang relatif rendah mengingat masih tingginya pasokan di tengah permintaan yang masih lemah. Harga beberapa komoditas ekspor Indonesia membaik, khususnya minyak sawit (CPO)," ujar Tirta.
Pertumbuhan ekonomi domestik pada triwulan II 2016 diperkirakan membaik, meskipun tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat, sejalan dengan peningkatan penjualan eceran menjelang Hari Raya Idul Fitri, yang antara lain ditopang oleh rencana pembayaran tunjangan hari raya. Di tengah belanja modal pemerintah yang terus meningkat, pertumbuhan investasi, khususnya nonbangunan, diperkirakan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Dari sisi eksternal, ekspor diperkirakan masih tumbuh terbatas, meskipun ekspor beberapa komoditas mulai mengalami peningkatan. BI memandang berbagai langkah masih diperlukan untuk meningkatkan permintaan domestik guna terus memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi. "Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan 2016 diperkirakan masih berada pada kisaran 5,0-5,4 persen (yoy)," tutup Tirta.