BKPM: Investor Hangzhou Minati Sektor Otomotif dan Pengolahan

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 16 Juni 2016 | 12:08 WIB
BKPM: Investor Hangzhou Minati Sektor Otomotif dan Pengolahan
Kepala BKPM Franky Sibarani. [bantenprov.go.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani yang kemarin, Rabu (15/6/2016) melakukan pertemuan dengan tujuh perusahaan di di Hangzhou, Provinsi Zhejiang berbuah positif. Hal ini ditandai dengan munculnya minat investasi baru yang diidentifikasi dari dua perusahaan Cina yang bergerak di sektor otomotif dan pengolahan kayu. Minat investasi baru tersebut disampaikan langsung kepada Kepala BKPM yang sejak tanggal 14 Juni 2016 melakukan serangkan pertemuan dan forum bisnis di tiga kota Cina yakni Qingdao, Hangzhou dan Shanghai.

Franky menyatakan di sektor otomotif, produsen otomotif sedan premium bila jadi merealisasikan investasi akan menjadi produsen otomotif kedua dari Cina yang masuk setelah Saic Wuling General Motor (SWGM) yang sedang dalam masa konstruksi. “Investor di Industri otomotif menyampaikan minatnya untuk melakukan market research terkait dengan pasar otomotif, dan menanyakan mengenai kebijakan investasi dan industri otomotif, serta insentif yang bisa didapat,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Kamis (16/6/2016).

Menurut Franky, perusahaan rencananya akan mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat. “Kami telah menanyakan business plan mereka dan menyambut positif rencana ini, mengingat Indonesia memiliki domestic market yang besar dan peluang ekspor ke negara-negara ASEAN serta juga ke negara-negara lainnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut Franky menyampaikan bahwa pihaknya siap memfasilitasi minat investasi yang disampaikan oleh investor Cina. “Kami telah memfasilitasi Wuling dan beberapa perusahaan suppliernya dalam layanan investasi tiga jam. Fasilitasi end to end services yang sama tentu dapat dinikmati oleh investor Cina yang lainnya,” jelasnya.

Sementara terkait dengan minat investasi baru lainnya yakni di pengolahan kayu, perusahaan Cina yang menyampaikan minat investasi rencananya akan berlokasi di Kupang dan Samarinda. “Investor tersebut menanyakan mengenai kebijakan ekspor kayu hasil olahan, ketenagakerjaan, kepemilikan lahan dan izin mendirikan pabrik. Rencananya nilai proyek sebesar sekitar RMB 100 Juta atau Rp 200 miliar,” kata Franky.

Director in Charge untuk Wilayah Pemasaran Cina Husen Maulana yang mendampingi Kepala BKPM dalam kunjungan kerja ke Cina menjelaskan bahwa BKPM akan terus berkoordinasi dengan perwakilan RI terkait untuk memfasilitasi minat investasi yang disampaikan oleh investor Cina. “Minat investasi dari Tiongkok yang disampaikan cukup serius dan positif dalam upaya untuk menambah investasi dari Cina yang dalam triwulan pertama ini mencapai US$ 464 juta,” jelas Husen yang juga Direktur Fasilitasi Promosi Daerah BKPM tersebut.

Selain minat investasi baru, pertemuan dengan tujuh perusahaan di bidang industri dan kelistrikan tersebut juga dimanfaatkan untuk mendapatkan feedback terkait beberapa persoalan investasi di Indonesia. “Dua investor yang difasilitasi permasalahan adalah dari Industri pembangkit listrik tenaga panas bumi dan Industri pengolahan bauksit menjadi alumina,” papar Husen.

Kunjungan yang dilakukan oleh Kepala BKPM adalah bagian dari Roadshow pemasaran investasi ke 10 provinsi di Cina. Cina telah menjadi salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia. 2,6 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) investasi terealisasi sejak tahun 2010. Terutama di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik. Sejak 2010, sudah 52,3 miliar Dolar AS komitmen investasi asal Cina terdaftar di BKPM. Dari data yang dimiliki oleh BKPM, periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari Republik Rakyat Cina (RRC) mencapai 464 juta Dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi Cina tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong (RRT).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI