BKPM: Perusahaan Asal Qingdao Cina Minati Empat Sektor Investasi

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 15 Juni 2016 | 10:53 WIB
BKPM: Perusahaan Asal Qingdao Cina Minati Empat Sektor Investasi
Kepala BKPM Franky Sibarani berdiri berhadapan dengan Presiden Jokowi dan Raja Belgia Phillipe di Brussels, Kamis (22/4/2016). [Sekretariat Kepresidenan/Rusman]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani hari ini, Rabu (15/6/2016) melanjutkan kunjungannya ke kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Cina. Di Hangzhou, Kepala BKPM dijadwalkan untuk menyampaikan keynote speech serta melakukan pertemuan dengan perwakilan Ministry of Commerce Republik Rakyat Cina (RRC), pejabat daerah kota Hangzhou serta lima perusahaan prospektif yang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dari hasil kunjungan ke Qingdao kemarin (14/6/2016), Kepala BKPM mengidentifikasi beberapa sektor yang diminati oleh investor Cina.

Franky Sbiarani menyampaikan bahwa dalam pertemuan dengan beberapa perusahaan di Qingdao terdapat beberapa sektor utama yang menarik perhatian investor Cina untuk berinvestasi di Indonesia. “Dalam pertemuan kemarin, tercatat yang hadir adalah perusahaan di bidang smelter, electronic appliances, infrastruktur dan industri minuman. Empat bidang usaha ini memang banyak masuk dari Cina,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Rabu (15/6/2016).

Franky menilai bahwa di bidang smelter, ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Cina sudah mulai terlihat sejak beberapa tahun terakhir. “Terutama tahun lalu, mereka gencar merealisasikan investasinya ditandai dengan geliat investasi di beberapa konstruksi perusahaan smelter yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh investor Tiongkok. Di Qingdao ada beberapa perusahaan di bidang smelter yang ingin masuk,” jelasnya. 

Untuk sektor elektronic appliances dan industri minuman yang tergolong padat karya dan consumer goods, menurut Franky, juga banyak perusahaan yang menyampaikan minatnya untuk menanamkan modalnya di Indonesia. “Perusahaan melihat biaya tenaga kerja yang kompetitif serta pasar Indonesia yang besar. Namun demikian, saya mengingatkan kepada mereka agar dapat memiliki jaringan distribusi yang baik,” kata Franky.

Sementara di bidang infrastruktur, perusahaan-perusahaan yang masuk dari Cina adalah perusahaan-perusahaan berskala besar, beberapa di antaranya adalah BUMN yang memiliki kemampuan untuk menanamkan modal dengan capital expenditure besar. “Karakteristik infrastruktur adalah padat modal, beberapa perusahaan Cina sudah masuk di sektor ini termasuk transportasi, listrik, dan pelabuhan. Di Qingdao kemarin, saya bertemu secara khusus dengan ada beberapa perusahaan terkait infrastruktur di antaranya perusahaan pembiayaan infrastruktur, perusahaan konstruksi (kontraktor), industri pengolahan besi dan baja dasar serta pelabuhan,” urainya. 

Kunjungan yang dilakukan oleh Kepala BKPM adalah bagian dari Roadshow pemasaran investasi ke 10 provinsi di Cina. Kegiatan pemasaran investasi ke Tiongkok kali ini direncanakan dilakukan di tiga kota tujuan, di antaranya Qingdao (Provinsi Shandong), Hangzhou (Provinsi Zhejiang), dan Shanghai.

Dalam kegiatan yang diselenggarakan di Qingdao kemarin, turut hadir Duta Besar Republik Indonesia untuk Tiongkok Soegeng Rahardjo, CPC Committee Secretary Mr. Li Qun, Minister Counselor for Economic and Commercial, Embassy of People’s Republic of China in Jakarta Mr. Wang Liping,   Walikota Qingdao Mr. Zhang Xinqi.

Cina telah menjadi salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia. 2,6 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) investasi terealisasi sejak tahun 2010. Terutama di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik. Sejak 2010, sudah 52,3 miliar Dolar AS komitmen investasi asal Cina terdaftar di BKPM. Dari data yang dimiliki oleh BKPM, periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari Republik Rakyat Cina mencapai 464 juta Dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi Cina tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong (RRT).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI