Suara.com - Ketika bosan melanda, biasanya yang paling besar godaannya adalah belanja. Belanja tidak melulu harus pembelian barang di toko. Jajan di warung, minum di café, mengunjungi tempat wisata mahal pun pada umumnya adalah belanja juga. Dan kebosanan anda dapat menjadi faktor pendorong bagi seseorang kehilangan uangnya karena belanja.
Mungkin anda termasuk ke dalam kelompok orang yang menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan dan belanja di mall setelah lelah bekerja. Atau anda termasuk orang sibuk mencari dan membeli barang di toko online. Dua kegiatan konsumtif di atas mungkin anda lakukan untuk membunuh kebosanan. Tanpa terasa, bosan anda hilang dan begitu juga uang anda.
Sebagai alternatifnya, jika anda cukup jeli ada banyak hiburan lain atau aktivitas lain yang tidak memerlukan uang banyak untuk membunuh kebosanan. Dengan demikian anda dapat mengurangi kegiatan konsumtif yang menjadikan anda berbelanja barang yang tidak begitu diperlukan. Beberapa cara di bawah ini bisa menjadi masukan untuk anda dalam meminimalisir potensi-potensi aktivitas pembunuh bosan yang menguras uang:
Rencanakan dan Pelajari Kegiatan Anda
Adanya kebosanan disusul dengan keinginan untuk mengisi waktu tersebut dengan kegiatan konsumtif adalah dorongan terbesar. Jika anda merencanakan matang tempat tujuan pergi setelah bekerja atau di akhir pekan dengan mempertimbangkan berapa pengeluaran yang harus dialokasikan, anda bisa terbebas dari belenggu ini. Pilih rutinitas sederhana yang tidak terlalu menguras banyak uang, atau lebih baik anda melakukan aktivitas produktif lain.
Ada banyak pilihan kegiatan baik dan produktif yang dapat anda lakukan setiap harinya, terlebih di waktu yang luang. Kursus yang menambah keterampilan anda, pergi ke tempat gym untuk menambah kebugaran, membaca buku, menulis blog, belajar memasak, mengobrol bersama teman sambal menonton seri atau film di televisi, mendengarkan dan memainkan musik, bermain game di ponsel, komputer, atau konsol game yang tersedia di rumah, dan lainnya. Kegiatan tersebut bukan berarti tidak memerlukan biaya, tetapi biayanya tidak terlalu terbuang seperti anda belanja. Di samping itu, anda bisa mendapatkan manfaat lainnya. Seperti kursus misalnya, anda mungkin harus membayar sesi kursus tersebut, namun sebagai gantinya anda mendapatkan keterampilan baru atau mengasah keterampilan yang sudah dimiliki.
Jangan Gelap Mata
Jika anda memang orang yang keranjingan belanja. Berlakukan aturan ini: anda melihat barang yang ingin dibeli sekarang, renungkan sehari atau dua hari sebelum membelinya. Hal demikian memberi ruang pikiran dan hati untuk menimbang-nimbang perlu tidaknya anda membeli barang tersebut.
Kalaupun ada tawaran menarik yang berakhir hari ini, took selalu memiliki tawaran menarik untuk menjaring pembelinya. Jangan putus harapan juga jangan gelap mata jika anda tidak mau menyesal di kemudian. Hal demikian juga bisa melatih kesabaran, konsentrasi, dan pengambilan keputusan. Membiarkan anda gelap mata berbelanja, berarti membiarkan anda menjadi seseorang yang enggan mengevaluasi diri dan menimbang-nimbang mana yang menguntungkan atau merugikan buat diri sendiri.
Jika Perlu, Cari Alasan yang Masuk Akal Sebelum Belanja
Terkadang anda belanja bukan karena bosan. Bisa jadi memang anda perlu untuk membelanjakan uang tersebut. Jika merasa malu dengan pakaian yang ada saat ini, lantas anda selalu membeli pakaian tiap minggu. Maka yang perlu diperbaiki bukanlah pakaiannya, tetapi pola pikir dan cara pandang terhadap diri anda sendiri. Mahal tidak selalu berarti bagus, dan menjadi diri sendiri merupakan kebijaksanaan yang baik.
Cari kembali juga alasan yang baik dan masuk akal jika anda harus berbelanja. Karena jika berbelanja hanya berdasarkan pada keinginan saja, anda bisa jadi sudah dipengaruhi hawa nafsu dan kerakusan. Akibatnya, anda sendiri yang nanti akan kaget ketika uang akan terkuras. Dengan sendirinya, jika anda melatih diri sendiri untuk berpikiran rasional dan realistis, anda akan menemukan alasan yang tepat dibalik tindakan yang dilakukan kelak. Jangan hanya karena bosan lantas anda harus menjadi tidak bijak dalam mengelola keuangan.
Published by Cermati.com |