Bursa Saham AS dan Eropa Terpengaruh Isu Brexit

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 14 Juni 2016 | 16:44 WIB
Bursa Saham AS dan Eropa Terpengaruh Isu Brexit
Bursa saham Wall Street di New York, Amerika Serikat [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasar saham Amerika Serikat ditutup negatif seiring kecemasan investor terkait referendum keanggotaan Inggris di Uni Eropa pada 23 Juni mendatang. Federal Reserve diperkirakan belum akan menaikkan suku bunga AS setelah melangsungkan pertemuan pada hari Selasa (14/6/2016) dan Rabu (15/6/2016), namun pelaku pasar akan mencoba mencari petunjuk tentang potensi kenaikan suku bunga berikutnya.

Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Managing Partner PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe, Selasa (14/6/2016).

"Dow Jones ditutup turun 0.74 persen, Nasdaq turun 0.86 persen dan S&P Indek terkoreksi 0.81 persen," kata Kiswoyo.

Sementara pasar saham kawasan Eropa ditutup turun signifikan seiring ketidakpastian kemungkinan Brexit. Beberapa jajak pedapat yang dipublikasikan pada hari Jumat (10/6/2016) dan akhir pekan menunjukkan sedikit keunggulan dari warga negara Inggris yang menyukai untuk meninggalkan Uni Eropa, menjelang refrendum keanggotaan mereka pada tang-gal 23 Juni.

Para pembuat kebijakan Bank of England dan Swiss National Bank akan bertemu pada pekan ini, kedua bank sentral tersebut diperkirakan akan mengu-mumkan perubahan kebijakannya. FTSE di Inggris ditutup turun 1.16 persen, DAX Jerman turun 1.80 persen dan CAC Prancis turun 1.85 persen.

Adapun Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar Rupiah bisa menguat mendekati Rp 13.000 per dollar AS tahun ini. Kurs rupiah sebesar ini lebih tinggi dibanding perkiraan rata-rata BI sebelumnya, yakni sebesar Rp 13.500-Rp 13.800 per dollar AS. Penguatan rupiah ini bisa terjadi karena mempertimbangkan kebijakan pengam-punan pajak atau Tax Amnesty. Sebelumnya, BI belum memasukkan faktor tersebut sebagai pertimbangan. Gubernur BI menyatakan, perkiraan kurs Rp 13.500-Rp 13.800 per dollar AS mempertimbangkan keadaan ekonomi global, terutama ekonomi AS.

"Itu juga didasarkan kondisi domestik, karena kuartal kedua merupakan periode korporasi membayar dividen, termasuk ke investor asing sehingga kebutuhan valuta asing, terutama dollar tinggi," tutup Kiswoyo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI