Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani dijadwalkan akan memaparkan perbaikan iklim investasi, khususnya perubahan terkait Daftar Negatif Investasi (DNI) kepada 67 investor potensial, di Fukuoka, Jepang, kemarin, Kamis (9/6/2016). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari road show investasi yang digelar BKPM bekerjasama dengan Bank of Tokyo Mitsubishi Tokyo UFJ (BTMU) di tiga kota besar yang menjadi pusat bisnis Jepang, yaitu Fukuoka, Nagoya dan Tokyo, 8-10 Juni 2016.
Franky menyampaikan bahwa sejak tahun 2010, Jepang selalu menjadi salah satu negara asal sumber utama investasi di Indonesia dengan realisasi investasi sebesar 16 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). “Nilai realisasi investasi ini mencakup beberapa sektor seperti industri otomotif, logam, mesin dan elektronika. Pada periode yang sama jumlah komitmen investasi Jepang mencapai 45 miliar Dolar AS dengan porsi terbesar ada di sektor infrastruktur,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Kamis (9/6/2016).
Dalam paparannya, Franky menyampaikan beberapa tujuan perubahan yang ingin dicapai oleh Perpres 44 mengenai DNI yaitu mengurangi biaya logistik dimana bidang usaha distributor yang terafliasi kini terbuka 100 persen dimana sebelumnya hanya 33 persen. Tujuan kedua dalam rangka meningkatkan produksi obat dimana industri bahan baku obat untuk farmasi kini terbuka 100 persen untuk Penanaman Modal Asing (PMA) dimana sebelumnya hanya 85 persen.
Kemudian, tujuan ketiga guna menumbuhkan ekonomi digital dimana usaha e-commerce yang bermitra dengan UMKMK terbuka 100 persen untuk investasi asing. “Tujuan keempat adalah mendukung energi ramah lingkungan dimana pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) kini terbuka 100 persen untuk PMA. Untuk kapasitas 10 MW, bidang usaha ini kini terbuka 67 persen naik dari sebelumnya sebesar 49 persen,” urai Franky.
Sementara perwakilan BTMU mengutip data JETRO menyampaikan fakta keberadaan sekitar 1.500 PMA Jepang di Indonesia. Pihaknya melihat Indonesia memiliki beberapa keunggulan komparatif sebagai negara tujuan investasi seperti jumlah penduduk yang besar disertai dengan bonus demografi, pertumbuhan ekonomi yang stabil di tengah kelesuan ekonomi dunia dan berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menjadikan ikim investasi di Indonesia lebih kompetitif.
Berdasarkan data BKPM, pertumbuhan komitmen investasi Jepang masuk dalam 10 negara prioritas pemasaran yang pada tahun 2015 naik 40 persen di atas pertumbuhan komitmen investasi PMA yang hanya 29 persen. Posisi Jepang berada di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 95 persen mencapai 8,1 miliar Dolar AS. Di atas Jepang terdapat Cina sebesar 22,2 miliar Dolar AS atau naik 42 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kemudian Singapura naik 69 persen menjadi 16,3 miliar Dolar AS. Setelah Jepang, Korea Selatan juga mencatatkan kenaikan komitmen investasi 86 persen menjadi 4,8 miliar Dolar AS.
Sedangkan realisasi investasi Jepang di Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 6% dibandingkan periode 2014. Realisasi investasi Jepang tercatat sebesar US$2,87 Milyar, dengan total proyek 2.030 proyek serta menyerap 115.400 tenaga kerja. Kontribusi utama investasi Jepang masih didominasi oleh sektor manufaktur, khususnya sektor otomotif, elektronika dan permesinan, serta sektor kimia dan farmasi.
Di tahun 2016 BKPM menargetkan capaian realisasi investasi bisa tumbuh 14,4 persen dari target tahun 2015 atau mencapai Rp594,8 triliun. Realisasi ini dikontribusi dari PMA sebesar Rp386,4 triliun atau naik 12,6 persen dari target PMA tahun lalu, serta dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp208,4 triliun naik 18,4 persen dari target PMDN tahun lalu. Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja di tahun 2016, BKPM menargetkan penyerapan 2 juta tenaga kerja.