Cadangan Devisa Indonesia Akhir Mei 2016 103,6 Miliar Dolar AS

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 08 Juni 2016 | 10:55 WIB
Cadangan Devisa Indonesia Akhir Mei 2016 103,6 Miliar Dolar AS
Gedung Bank Indonesia di Jalan MH Thamrin , Jakarta Pusat, Minggu (1/5/2016). [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2016 tercatat sebesar 103,6 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Posisi ini lebih rendah daripada posisi akhir April 2016 sebesar 107,7 miliar Dolar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menyatakan bahwa meskipun mengalami penurunan, jumlah cadangan devisa tersebut masih cukup untuk membiayai 7,9 bulan impor atau 7,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta lebih tinggi daripada standar kecukupan cadangan devisa yang berlaku secara internasional sekitar 3 bulan impor. "Bank Indonesia menilai jumlah cadangan devisa tersebut tetap mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan," kata Tirta dalam keterangan resmi, Rabu (8/6/2016)

Penurunan cadangan devisa pada Mei 2016 tersebut terutama dipengaruhi penyediaan valas untuk kebutuhan pembayaran kewajiban valas penduduk sesuai pola musimannya yang mengakibatkan penempatan valas perbankan di Bank Indonesia menjadi lebih rendah. Di samping itu, penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi oleh penggunaan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

BI memperkirakan bahwa penurunan cadangan devisa yang terjadi pada bulan Mei 2016 tersebut bersifat temporer. Hal ini didukung oleh kondisi pasar keuangan global yang saat ini sudah kembali kondusif sebagaimana tercermin pada kembali meningkatnya ketersediaan valas di pasar valas domestik.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tutup Tirta.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI