Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Senin (6/6/2016) ditutup naik sebesar 42 poin atau 0,87 persen ke level 4.896 setelah bergerak di antara 4.860 - 4.896. Sebanyak 149 saham naik, 132 saham turun, 104 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 4.972 triliun. Di pasar reguler, investor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) Rp 364 miliar.
Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Managing Partner PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe, Selasa (7/6/2016).
"IHSG berbalik menguat 42 pint membentuk candle dnegan body naik indikasi kekuatan naik. IHSG berpeluang konsolidasi bergerak mendekati resistance rawan aksi ambil untung. Resistance ISHG di level 4900 sampai 4920 dan support di level 4860 sampai 4850," kata Kiswoyo.
Pasar saham Amerika Serikat ditutup positif setelah pidato Janet Yellen yang masih optimis terhadap membaiknya perekonimian AS namun tidak memberikan referensi yang spesifik mengenai waktu kenaikan suku bunga fed. Rebound harga minya men-tah juga membantu mengangkat harga saham-saham sektor energi yang membuat seluruh indek AS ditutup di zona hijau. Dow Jones ditutup naik 0.63 persen, Nasdaq naik 0.31 persen dan S&P Indek naik 0.49 persen.
Pasar saham kawasan eropa juga ditutup positif berkat kenaikan harga minyak men-tah yang mendorong saham-saham sektor energi. Sementara itu, turunnya per-mintaan barang investasi dari luar zona euro membuat pesanan pabrik Jerman merosot di bulan April. Data dari Kementerian Ekonomi Jerman menunjukkan pesanan pabrik turun 2 persen dari bulan Maret yang naik 2,6 persen. Penurunan tersebut juga jauh di bawah dari perkiraan penurunan 0,5 persen oleh para ekonom. Pesanan barang investasi dari luar zona euro anjlok 13,3 persen di bulan April, sementara di bulan sebelumnya naik 11 persen. FTSE di Inggris ditutup naik 1.03 persen, DAX Jerman naik 0.18 persen dan CAC Prancis naik 0.04 persen.
Bank Indonesia (BI) mencatat sejak awal tahun hingga awal Juni 2016, nilai tukar Rupiah telah sudah terapresiasi sebesar 1,42 persen. Per 3 Juni 2016, kurs rupiah terhadap dol-lar AS berada di level Rp 13.592 per dollar AS. Gubernur BI menilai terapresiasinya Mata Uang Garuda karena didukung beberapa hal. Pertama, adanya persepsi positif terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan pasokan valuta asing untuk kegiatan ekspor. Kedua, BI melihat risko di pasar global mulai mereda, terutama ada pan-dangan di awal tahun bahwa The Fed tidak akan menaikan suku bunga acuan, pen-guatan juga didukung aliran modal masuk yang masih positif. Ke depannya di-perkirakan, ada risiko yang harus diwaspadai, yaitu sentimen kenaikan suku bunga The Fed yang kembali terjadi. Sentimen itu bisa menimbulkan volatilitas nilai tukar.