Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Muhammad Nawir Messi sangat menyayangkan pihak pemerintah yang dinilainya tidak memiliki keakuratan data dalam mengantisipasi gejolak harga daging menjelang lebaran. Dengan data yang tidak bagus tersebut, pemerintah pun menjadi kewalahan dalam mengantisipasi stok daging sapi yang berimbas pada naiknya harga daging sebelum lebaran.
"Ini kan terjadi karena tidak lepas dari logika ekonomi pemerintah, dimana tidak mengambil kebijakan berdasarkan basis data yang akurat," kata Nawir di Gado-Gado Boplo Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu(4/6/2016).
Pernyataan KPPU tersebut disampaikan saat menanggapi keluhan pengusaha sapi atau daging terkait pernyataan pemerintah yang tidak tepat mengenai target harga daging sapi yang diturunkan hingga mencapai Rp80.000 per kilogram. Pengusaha merasa pernyataan pemerintah tidak cocok dengan kualifikasi daging sapi yang diinginkan.
Karena kara dia, patokan pemerintah terhadap harga daging sapi segar sebesar Rp80.000, padahal menurut pengusaha harga tersebut masuk kualifikasi daging secondary atau daging beku. Menurutnya, untuk harga daging segar saat ini jauh berada di atas harga dagin beku.
"Ada yang tidak cocok disini, itu tadi karena datanya tidak akurat," katanya.
Kata Nawir, kelemahan data pemerintah tersebut sudah terjadi sebelumnya pada lebaran tahun 2015 lalu.
"Tidak hanya bicara puasa, catatan saya, seperti daging, saya kira selama sekian tahun harga-harga tidak pernah turun. Hampir secara permanen beberapa komoditas tidak pernah turun sejak lebaran tahun lalu. Konsekuensinya kita hadapi situasi jauh lebih berat saat puasa ini," tutup Nawir.