Gaji Selangit Bukan Tanda Keuangan Sehat? Masak Sih, Lalu Apa?

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 31 Mei 2016 | 15:16 WIB
Gaji Selangit Bukan Tanda Keuangan Sehat? Masak Sih, Lalu Apa?
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang kerja apa yang dicari? Gaji, betul. Tapi tahu dong, gaji selangit akan percuma kalau keuangan kita nggak sehat.

Weits… masak, gaji selangit tapi keuangan tetap bisa nggak sehat? Sayangnya, iya. Gaji puluhan juta rupiah bukanlah tanda keuangan sehat.

Padahal banyak orang berpikiran bahwa gaji banyak pasti hidupnya sentosa. Nyatanya, orang yang penghasilannya melimpah, utangnya bisa jadi melimpah juga.

Jadinya pemasukan habis hanya buat bayar utang. Bahkan mungkin pemasukan per bulan tetap kurang buat ngelunasi utang, sehingga utang jadi seperti cintanya Romeo ke Juliet: abadi.

Ada yang jauh lebih penting sebagai tanda keuangan sehat, yaitu kepiawaian mengatur keuangan. Gaji terbatas pun jika diolah dengan baik bisa membuat kondisi finansial kita sehat dan kuat kayak Ade Rai.

Kita mesti menanamkan pikiran bahwa mengatur keuangan itu penting dan gampang. Ini yang kadang luput dari mindset kita.

Padahal ada beberapa langkah sederhana dalam mengatur keuangan agar sehat walafiat. Berikut ini contohnya:

1. Bikin Batasan
Bebas itu menyenangkan, tapi bisa memabukkan. Dalam soal keuangan, punya duit banyak bukan lantas berarti bisa bebas belanja sesuka hati.

Bisa-bisa belanja melebihi kemampuan sampai ngutang. Kalau bisa dilunasi sih bukan masalah. Tapi kalau numpuk?

Lebih baik bikin batasan sendiri. Batasan ini berlaku untuk dua hal:
- Belanja
- Utang

Jangan sampai belanja barang yang nggak perlu. Beli barang yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan. Begitu juga utang, jangan sampai melebihi kemampuan. Tapi kalau penghasilan jangan dibatasi, lho, ya.

2. Tanam Duit
Duit jangan hanya dibelanjakan, tapi juga ditabung. Namun ada yang lebih berfaedah dari menabung: nanam duit alias investasi.

Kalau ditabung, hasilnya nggak seberapa. Bahkan bisa dimakan inflasi. Tapi, kalau diinvestasikan, hasilnya bisa lebih besar.

Pilih investasi ramah pemula dulu, misalnya deposito. Ini mirip dengan menabung mekanismenya. Kalau mau yang hasilnya lebih greget, bisa coba reksa dana yang modalnya hanya Rp 100 ribu.

3. Disiplin Waktu
Buat manusia, waktu adalah segalanya karena memberikan peluang. Termasuk untuk membuat keuangan sehat.

Manfaatkan waktu dengan disiplin menjalankan kegiatan produktif. Misalnya cari tambahan penghasilan. Tapi bukan lantas kerja terus untuk menghabiskan waktu.

Piknik itu juga termasuk disiplin waktu, lho. Kalau kurang piknik, kita bisa stres dan akhirnya jatuh sakit.

Jadi, disiplin di sini berarti pandai menempatkan diri kapan saatnya harus produktif, dan kapan waktu untuk bersantai. Bukan banyak-banyakin salah satunya alias nggak seimbang.

4. Hemat=Bijak
Banyak orang yang ingin menerapkan prinsip hidup hemat, tapi takut dibilang pelit. Padahal hemat dan pelit itu beda jauh.

Hemat sama dengan bijak, bukan pelit. Kalau bijak, kita akan menghemat pemakaian listrik agar tagihan nggak membengkak. Misalnya dengan mematikan lampu kalau keluar rumah.

Nah kalau pelit, kita ngotot mematikan listrik padahal butuh buat menerangi ruangan. Sikap hemat akan mendatangkan manfaat. Tapi sikap pelit sebaliknya.

Dengan beberapa contoh tersebut, hemat berarti tagihan listrik kecil. Jika pelit, rusak deh itu mata karena main hape di ruangan gelap.

Coba deh lakukan empat contoh tersebut untuk membuat keuangan sehat. Jika sudah dilakukan, bagus banget. Tinggal dipertahankan.

Intinya, jangan sampai hanya berfokus pada gaji sebagai tanda keuangan sehat. Sebab ada yang jauh lebih penting: mengatur keuangan.

Baca juga artikel Duitpintar lainnya:

Percuma Naik Gaji Jika Masih Mempertahankan 5 Cara Mengatur Keuangan Ini

3 Tips Mengatur Gaji Kecil Biar Gak Pusing di Akhir Bulan


Standar Gaji Ekspatriat Memang Tinggi Tapi Perlukah Kita Cemburu

Published by

REKOMENDASI

TERKINI