Mulai tahun 2006, petani madu hutan yang ada di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum, khususnya di desa Leboyan dan Semangit, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat mulai dihargai hasil panen mereka setiap tahunnya. Hal ini sudah mereka rasakan setelah terbentuknya Asosiasi Periau Danau Sentarum sejak sepuluh tahun lalu.
Presiden APDS Basriwadi menjelaskan sebelum dibentuknya asosiasi ini, masyarakat setempat yang mayoritas profesinya sebagai nelayan mencoba mencari uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara menjadi petani madu. Nah pada saat itu, hasil panen mereka hanya dihargai Rp25 ribu per kilo.
"Dulu murah sekali harga madu, sebleum ada APDS harganya per kilo sekitar Rp20 ribu tahun 2005. Melihat situasi harga nggak stabil dan kualitas nggak diperhatinkan kita buat APDS, pada tahun 2006 per kilo Rp25 ribu, sekarang (2016) naik per kilo Rp90 ribu untuk petani, kita (APDS) jual per kilo Rp140 ribu," ujar Baswiradi di Dusun Batu Rawa, Desa Nanga Leboyan, Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat kepada wartawan, Minggu (29/5/2016).
APDS adalah perkumpulan kelompok petani madu hutan dari kawasan Taman Nasional Danau Sentarum yang memanfaatkan dan mengelola kawasan untuk tujuan konservasi dan peningkatan pendapatan secara lestari.
Sejauh ini APDS mencakup 15 Periau (organisasi tradisional yang mengelola madu hutan dan wilayahnya) yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Adapun anggotanya sebanyak 305 orang.
Belum lama ini Bupati Kapuas Hulu AM Nasir meresmikan Rumah Workshop Madu Hutan yang dikelola APDS di Semangit, Desa Nanga Leboyan, Kecamatan Selimbau, pada Sabtu (14/5/2016) lalu.
Rumah workshop tersebut dibangun sebagai sumber informasi pengolahan dan tahap awal pengolahan madu hutan organik dalam kemasan di Kabupaten Kapuas Hulu, khususnya di Danau Sentarum. Rumah ini sekaligus menjadi sekretariat Koperasi APDS yang sebelumnya menggunakan rumah warga.
"Rumah workshop ini adalah salah satu kerjasma APDS dan TNDS, dalam rangka konservasi di taman nasional, ini ada seluruh masyarakat yang mengelola madu hutan," jelas dia.
Sebelum memanen madu, masyarakat terlebih dahulu memasang tikung atau dahan buatan yang sengaja dipasang di pohon-pohon rendah agar para lebah mau bersarang. Dahan buatan dari kayu yang sudah mati dengan ukuran panjang 1,5 - 2 meter dan lebar 15x20 sentimeter dan tebal 3-5 sentimeter. Saat pohon-pohon mulai berbunga, maka lebah akan datang mencari makan dan membuat sarang di dahan tiruan tersebut.
Teknik inilah yang berperan penting dalam pengembangan produksi madu organik di kawasan konservasi, sehingga memberikan kontribusi penting bagi kehidupan perekonomian masyarakat petani madu Danau Sentarum.
"Proses pertama pembuatan tikung, dari daun buatan diats pohon, pada saat musim lebah biasanya bulan September - Maret, itu biasanya musim madu," kata Baswiradi.
Panen yang dilakukan saat ini menggunakan teknik panen lestari. Panen dilakukan pada siang hari dan diharuskan menggunakan pisau stainless anti karat. Karena apabila panen di lakulan di malam hari banyak lebah yang mati, dan lebah yang selamat tidak dapat kembali ke sarangnya, dikarenakan karena lebih memerlukan cahaya untuk orentasi,
Kalau dahulu panen dilakukan memotong seluruh sarang lebah, kini panen hanya mengambil sebagian kepala madu saja, serta pengambilan madu sudah tidak lagi dilakukan dengan cara memeras, melainkan hanya tinggal menunggu netes. Teknik pengasapan pun juga diterapkan.
Seluruh proses dilakukan secara higienis sesuai dengan standar Internal Control System yang sudah disepakati oleh para anggota kelompok petani madu.
ICS adalah sistem penjaminan mutu terhadap madu hutan yang dilakukan secara internal, terdokumentasi dengan baik, serta dapat diperiksa oleh pihak lain berdasarkan standar yang telah ditentukan untuk mendapatkan sunber produk madu hutan yang berkualitas tinggi.
Dikethaui, apabila musim madu hutan tiba, masyarakat yang biasnaya bekerja sebagai pencari ikan akan pindah profesi untuk sementara menjadi petani madu. Biasanya panen dilakukan pada musim penghujan dan pada saat pohon-pohon di kawasan TNDS berbunga.
Berikut skema alur produksi madu di Kapuas Hulu
Menyikapi standar - pembuatan tikung - pemasangan tikung - inspeksi sebelum panen - persiapan panen - panen - memisahkan madu dari sarang - memisahkan kualitas madu - pengisian ke dalam jirijen - penyimpanan di jirijen - pengendapan - proses persetujuan - persiapan dehumidifying - dehumidifying (pengurangan kadar air) - menyiapkan botol kemasan - pemasangan lebel - pengisian madu ke dalan botol - pengepakan madu ke dalam kardus - produksi.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari total produksi madu tahun 2014-2015 di Kapuas Hulu sebesar 29.004 ton madu hutan, petani madu menerima pendapatan lebih dari Rp2.4 miliar dengan harga minimum per kilonya Rp85 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram. Madu-maduu ini dijual ke mitra Jaringan Madu Hutan Indonesia, PT. Dian Niaga di Jakarta, dan sisanya dijual ke sebuah LSM lokal, Riak Bumi.