GE Dorong Teknologi Digital untuk Dongkrak Kinerja Industri Migas

Adhitya Himawan Suara.Com
Rabu, 25 Mei 2016 | 02:00 WIB
GE Dorong Teknologi Digital untuk Dongkrak Kinerja Industri Migas
Kilang RU (Unit Pengolahan) V Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (14/4). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dengan harga minyak dan gas (migas) yang berada pada titik terendah selama 20 tahun terakhir dan kebutuhan efisiensi di sektor migas yang melonjak, GE mendorong penggunaan solusi digital demi kelangsungan perkembangan industri energi.

Industri migas sedang berada pada kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Visal Leng, Asia Pacific General Manager, GE Oil & Gas dalam keterangan tertulis, Selasa (24/5/2016). “Kondisi ini sangat berat bagi semua pihak, namun GE tidak gentar dan bersedia menghadapi tantangan tersebut. Kami bahkan memiliki solusi komprehensif untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan di masa sulit ini agar mereka tetap menjadi yang terdepan.”

Visal Leng, yang juga merupakan salah satu pembicara pada Konferensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-40, melanjutkan, “Di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, industri migas terus berevolusi karena merosotnya harga minyak dunia secara drastis dan mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir. Kondisi ini memberi tekanan margin perusahaan-perusahaan migas secara signifikan sehingga memaksa operator untuk mengkaji ulang kapasitasnya, sedangan para investor harus mengkaji ulang strategi mereka. Hal ini juga mengakibatkan iklim usaha yang semakin tidak menentu.”

Terkait hal ini, Iwan Chandra, President Director, GE Oil & Gas Indonesia, berkata bahwa berbagai perusahaan migas perlu segera mengatasi masalah downtime dan biaya operasional serta efisiensi operasional sekaligus kehandalan perangkat dalam menghadapi iklim usaha yang tidak menentu saat ini. "Menghadapi tantangan-tantangan ini tentunya membutuhkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi,” jelas Iwan. 

“Kebutuhan energi terus meningkat pesat. Digitalisasi ekosistem energi dari hulu ke hilir akan menjadi sangat penting dalam membantu memenuhi kebutuhan energi tersebut sehingga dapat membuka berbagai peluang yang ada. Mengingat kondisi iklim usaha saat ini, menjadi sangatlah penting untuk berinovasi dan mencari solusi yang biayanya lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Disinilah kolaborasi berperan sangat penting. Kerja sama adalah inti dari GE dimana kemitraan dan kolaborasi industri sangat krusial untuk mempercepat perkembangan teknologi, menyederhanakan spesifikasi dan mengembangkan solusi bagi para pelanggan. Kami dapat menciptakan solusi dan teknologi baru melalui GE Store – sebuah forum global untuk saling berbagi ilmu, teknologi dan prasarana, melalui pengetahuan yang terkumpul dari tim global yang terdiri atas 300.000 karyawan, termasuk 50.000 tenaga ahli,” kata Iwan.

GE memperkokoh kepemimpinannya di sektor Industrial Internet di mana mesin-mesin, analisis big data dan sumber daya manusia saling terhubung di berbagai sektor penting seperti migas misalnya. Dengan memadukan teknologi digital dengan keahlian utama di sektor industri lainnya seperti aviasi, energi, kesehatan dan transportasi, GE memanfaatkan data untuk membantu pelanggan mengambil keputusan lebih cepat serta membuat kegiatan operasional serta beragam perangkat mereka bekerja seproduktif dan seefisien mungkin.

“Tantangan besar yang dihadapi operator adalah downtime dan penurunan produksi yang akan berdampak sangat besar. Misalnya, untuk setiap minggu sebuah sumur minyak berhenti beroperasi, kerugian yang harus ditanggung sebuah operator dapat mencapai US$3 juta per minggu. Contoh lain, misalnya bagi fasilitas LNG berkapasitas menengah, rata-rata biaya downtime per tahun yang tidak terduga dapat mencapai US$150 juta. Menimbang besarnya industri migas di Indonesia, total kerugian akibat downtime ini sangatlah mengejutkan. Disinilah penggunaan teknologi digital berperan untuk mengurangi atau meniadakan biaya-biaya yang tidak diperlukan tersebut,” tambah Iwan Chandra.

Selain downtime, efisiensi produksi juga dapat ditingkatkan melalui solusi digital. Sebagaimana kita ketahui, rata-rata tingkat oil recovery dunia adalah 35%. Jika penggunaan Industrial Internet dapat meningkatkan tingkat recovery hingga 1% saja, maka hal ini dapat menambah produksi minyak 80 miliar barel atau setara dengan produksi minyak global selama kurang lebih tiga tahun.

Solusi Industrial Internet bagi industri migas sebenarnya telah cukup banyak diterapkan. Beragam solusi baru akan semakin cepat diimplementasikan di masa mendatang berkat adanya Predix, yaitu sistem operasi berbasis cloud bagi Industrial Internet. Predix tidak hanya mampu mendorong adaptasi solusi Industrial Internet yang aman dan efisien namun dengan menarik upaya-upaya pengembang pihak ketiga, teknologi ini juga mampu melahirkan ekonomi industrial-app sebagai akselerator.

Dengan menggunakan Predix, operator produksi dapat memiliki gambaran lengkap terhadap sumur-sumur minyak mereka, meningkatkan operasional dengan adanya visibilitas kinerja dan tersedianya informasi analitis bagaimana cara untuk mengoptimalkan produksi dan menghemat biaya. Sementara itu, operator dapat meningkatkan manajemen resiko dan mampu membuat keputusan lebih cepat terkait keamanan dengan menggunakan informasi analitis untuk memprediksi masalah-masalah yang mungkin akan muncul sehingga sumber-sumber daya dapat diprioritaskan dengan lebih efisien. Untuk fasilitas-fasilitas migas lainnya seperti kilang LNG, Predix dapat membantu menjaga kinerjanya melalui sistem monitoring dan diagnosa canggih.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI