Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi BPP HIPMI, Dr. Anggawira, MM mengungkapkan, Indonesia memilki potensi kekayaan yang luar biasa untuk bisa unggul dalam persaingan global. Kendati demikian, ia melihat Indonesia masih tertinggal jauh dibanding dengan negara- negara tetangga di ASEAN. Ia berharap dengan adanya acara HIPMI Jambore Perguruan Tinggi se-Asean bisa menjadi modal dasar anak muda untuk terjun ke dunia usaha.
“SDA belum bisa diolah optimal menjadi barang bernilai tambah tinggi, begitu pun dengan pelayanan jasa yang masih perlu untuk terus dikembangkan. Nantinya dengan acara HIPMI Jambore ke depannya akan mencetak pengusaha muda berkualitas,” ungkap Anggawira yang juga Ketua Steering Commitee Jambore HIPMI Pergiruang Tinggi dalam keterangan resmi, Jumat (20/5/2016).
Acara HIPMI Jambore Perguruan Tinggi se-Asean akan di hadiri lebih dari 4000 mahasiswa dari seluruh indonesia yang akan diselenggarakan di Telkom University Bandung 22-25 Mei 2016. Acara ini direncanakan juga dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. Adapun tema besar yang akan menjadi acara Jambore adalah “Revolusi Mental, Jalan Tengah Membangun Entrepreneur Muda yang Berdaya Saing di Era MEA”.
Lebih lanjut, ia mengatakan, belum tergeraknya perekonomian Indonesia secara optimal salah satunya difaktori oleh masih minimnya warga negara yang menjadi pengusaha/enterpreneur dimana kreativitas dan inovasi bergerak cepat ditangan pengusaha.
“Potret kuantitatif memperlihatkan bahwa Indonesia masih krisis wirausaha. Pengusaha di Indonesia hanya berjumlah 1,5 persen dari total penduduk. Angka ini tergolong sangat rendah dan jauh dibawah negara- negara ASEAN seperti Singapura, yang memiliki indeks 7 persen, Malaysia 5 persen, dan Thailand, 4,5 persen,” ujar Anggawira yang juga Komisaris PT Permata Transindo.
Dalam yang Kesempatan yang Sama Ketua Umum BPP HIPMI Bahlil Lahadalia menegaskan, Indonesia sebetulnya sudah membuka peluang pasar yang seluas-luasnya dalam berbagai macam hal mulai dari perdagangan, investasi, hingga aliran modal. Maka apabila Indonesia ingin unggul dalam persaingan percaturan liberalisasi tersebut, tidak ada pilihan lain selain meningkatkan produktivitas, dan daya saing komperatif yang tinggi.
“Meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan meningkatkan keterampilan tenaga kerja industri serta penerapan teknologi industri berbasis sumber daya alam local,” ujar Bahlil.
Pengusaha muda, menurut Bahlil merupakan tenaga penggerak pembangunan. Ditangan pengusaha muda inilah proses penciptaan nilai tambah berbagai produk dalam negeri akan berbuah lebih cepat. Menurutnya ada 5 peran yang dimainkan oleh enterpreneur dalam menggerakan perekonomian.
“Entrepreneur mampu membuka dan mengembangkan pasar baru, mampu menemukan sumber daya atau faktor produksi baru, Entrepreneur dapat memobilisasi sumber daya modal, Entrepreneur dekat dengan inovasi teknologi dan produk, Entrepreneur menciptakan lapangan kerja, Jika para pengusaha muda tidak mempersiapkan diri untuk meningkatkan kapasitas daya saing, jadi kita harus siap menghadapi pasar global ini,” tutupnya.