Suara.com - Ekonom yang juga mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan bahwa nilai tukar rupiah saat ini yang berkisar Rp13.300 sampai Rp13.500 pada level yang baik.
"Kalau rupiahnya terlalu kuat, ekspor kita akan kena, pada saat sama Tiongkok pertumbuhannya melambat. Jadi, pertumbuhan ekspor akan melemah ditambah lagi dengan perlambatan Tiongkok," katanya setelah menjadi pembicara dalam "Citi Indonesia Market Outlook 2016" di Jakarta, Kamis (19/5/2016) malam.
Selain itu, Chatib menuturkan terkait masalah infrastruktur yang saat ini sedang digenjot pemerintah.
"Infrastruktur digenjot, maka 'import content'-nya jadi besar. Tidak salah dengan itu tetapi dengan kondisi seperti ini kalau kemudian dibarengi dengan rupiah yang terlalu kuat nanti defisit transaksi berjalannya akan naik," jelasnya.
Menurut Chatib, apabila defisit transaksi berjalan tersebut akan naik ada potensi dari "reverse capital flow".
"Jadi kalau BI jaga nilai tukarnya di level kompetitif seperti ini, saya kira itu juga masih membantu ekspor kita dan juga membuat impornya terjaga sehingga saya sebetulnya cukup nyaman dengan level (rupiah) seperti saat ini," imbuhnya.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (19/5/2016) sore melemah 103 poin menjadi Rp13.490 dibandingkan posisi sebelumnya pada Rp13.387 per dolar AS.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.467 dibandingkan level Rabu (18/5/2016) di posisi Rp13.319 per dolar AS. (Antara)