Saham Indonesia Semakin Lesu

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 18 Mei 2016 | 07:14 WIB
Saham Indonesia Semakin Lesu
Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasar saham Indonesia merosot ke level terendah terbaru dalam 2,5 bulan terakhir pada perdagangan hari Senin (16/5/2016). Salah satu penyebabnya adalah kekhawatiran tentang penurunan pendapatan triwulan 1 yang dapat memperburuk prospek pendapatan keseluruhan.

Walaupun surplus perdagangan Indonesia sebesar 670 juta dolar AS pada April 2016, sentimen sangat terganggu karena ekspor dan impor terus merosot. Indeks Harga Saham Gabungan melemah.

Sentimen terhadap pasar Indonesia tetap bearish dan diperkirakan semakin memburuk menjelang rapat Bank Indonesia berikutnya.

Berikut beberapa analisa yang dikemukakan Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM terkait pasa finansial saat ini.

Kegelisahan global meningkatkan permintaan aset safe haven
Nuansa ketidaknyamanan menyelimuti pasar finansial pada perdagangan pekan ini karena data Cina yang tidak memuaskan dan kegelisahan Brexit membebani sentimen global. Investor menjadi was-was, karena gelombang data yang terus-menerus kurang memuaskan di seluruh dunia.

Ini tergambarkan di pasar modal yang masih terus menampakkan sinyal kelelahan.

Walaupun saham Asia mendapat optimisme palsu dari peningkatan ekspektasi bahwa Jepang mungkin akan menunda peningkatan pajak penjualan yang sebelumnya dijadwalkan pada April 2017, saham Asia dapat semakin melemah karena masalah perlambatan ekonomi China menimbulkan penghindaran risiko yang memperkuat Yen.

Wall Street melemah pekan lalu dan dapat semakin merosot karena ekspektasi peningkatan suku bunga AS yang semakin menipis memberi alasan bagi penjual untuk menyerang. Keyakinan terhadap ekonomi global masih tetap rendah.

Data PDB Zona Euro yang tak terlalu menggembirakan juga memperbesar kekhawatiran tentang perlambatan pertumbuhan global sehingga para peserta pasar mungkin termotivasi untuk beralih dari aset berisiko ke aset safe haven.

Isu Brexit mengganggu pasar
Kekhawatiran yang semakin besar tentang dampak Brexit yang tak terbayangkan terhadap ekonomi Inggris membuat pasar finansial mengalami kegelisahan yang mengganggu selera risiko.

Para tokoh finansial yang berpengaruh terus menyampaikan pandangannya tentang bahaya Brexit terhadap Inggris sehingga ketertarikan investor terhadap GBP pun semakin anjlok.

Ketidakpastian seputar GBP dan lemahnya data domestik menjadi pondasi bagi investor bearish untuk menyerang mata uang ini di segala kesempatan. Peserta pasar mungkin akan mengarahkan fokusnya ke laporan PDB di hari Selasa. Apabila data ini pun tidak mencapai ekspektasi, GBP dapat semakin melemah.

GBPUSD bearish pada rentang waktu harian karena harga mencapai level penutupan mingguan di bawah 1.44. Lilin diperdagangkan di bawah 20 SMA harian sedangkan MACD melintas ke bawah.

Level support sebelumnya yaitu 1.44 dapat berubah menjadi level resistance dinamis yang dapat membuka jalan menuju 1.41.

Emas memasuki 1285 dolar AS
Harga emas meningkat pada perdagangan pekan lalu, karena aksi penghindaran risiko, kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global, dan meningkatnya ekspektasi bahwa Donald Trump berpeluang menjadi Presiden Amerika Serikat berikutnya memberi dasar bagi investor bullish untuk menyerang.

Logam mulia ini tetap bullish secara fundamental dan menampilkan kekuatan walaupun USD meningkat yang seharusnya menekan harga emas. Harapan bahwa Fed akan meningkatkan suku bunga AS di triwulan 2 semakin menipis sehingga investor bullish mendapat peluang untuk mengantarkan harga emas menuju 1300 dolar AS atau lebih.

Dari sudut pandang teknikal, harga berada di bawah 20 SMA harian sedangkan MACD melintas ke atas. Breakout di atas $1285 dapat memicu reli menuju 1300 dolar AS dan bahkan lebih tinggi lagi.

Sorotan Komoditas - Minyak Mentah WTI
Investor bullish WTI mendapat inspirasi dari peningkatan ekspektasi bahwa pasokan mungkin menurun karena persediaan menurun di luar dugaan dan terjadi gangguan pasokan. Walaupun harga berhasil mencapai 46.60 dolar AS, komoditas ini tetap bearish dan harga dapat menurun dalam waktu dekat.

Faktor-faktor bearish utama masih bertahan yaitu oversuplai besar-besaran dan menipisnya harapan bahwa OPEC akan mencapai kesepakatan produksi minyak. Karena itu, peningkatan harga dapat menjadi relief rally yang membuka peluang untuk harga kembali merosot ke 40 dolar AS.

Dari sudut pandang teknikal, WTI tetap bullish pada rentang waktu harian karena secara konsisten level tertinggi yang lebih tinggi dan level terendah yang lebih tinggi. Harga berada di atas 20 SMA harian sedangkan MACD juga mengarah ke atas.

Walaupun breakout teknikal di atas 46.50 dolar AS mungkin membuka jalan menuju 48.00 dolar AS, investor harus tetap waspada karena peningkatan palsu harga minyak yang disebabkan oleh optimisme penurunan produksi ini hanya sementara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI