Lihat kebutuhan dulu. Kalau baru mampu beli rumah Rp400 jutaan, ya jangan beli yang Rp500 juta. Bisa-bisa cicilan hanya jalan setahun-dua tahun, lalu macet. Rasio total cicilan yang direkomendasikan adalah maksimal 40 persen dari penghasilan.
Misalnya gaji Rp10 juta, berarti maksimal cicilan tiap bulan Rp4 juta. Kalau udah ada cicilan misalnya kendaraan Rp2 juta, ya kalau bisa nggak maksain ambil lagi cicilan rumah Rp3 juta. Soalnya itu udah melebihi rasio cicilan yang sehat buat keuangan. Oi ya, penghasilan di sini adalah gaji tetap per bulan ya. Sebab bank nggak akan menghitung bonus, komisi, atau pemasukan apa pun yang sifatnya nggak pasti itu.
2. Buru-buru
Di mana-mana, yang buru-buru itu biasanya ujungnya kurang baik. Apalagi saat beli rumah pertama. Harus sabar, lihat dulu semua aspek yang mempengaruhi.
Termasuk di dalamnya adalah memperkaya diri dengan pengetahuan soal kredit rumah. Apa-apa saja yang mesti diperhatikan dan kenapa.
Jika ada kenalan yang bisa diajak berkonsultasi, nggak perlu malu minta masukan. Atau ikut seminar properti saat ada pameran. Kalau nggak cukup, punya smartphone kan? Nah, buka deh Internet pakai hape canggih itu. Banyak info seputar kredit rumah di dunia maya yang serba ada itu.
Soal pemilihan bank juga nggak bisa buru-buru. Bandingkan KPR bank satu dan lainnya, lihat bunganya dan ketentuan lain, seperti penalti dan denda. Cari yang terbaik.
3. Gampang percaya
Yang namanya agen properti, pasti membujuk kita untuk membeli dagangannya. Kita sebagai konsumen harus cerdas, jangan gampang percaya. Apalagi jika ada iming-iming cicilan ringan, tanpa down payment (DP), dan lain-lain yang menggiurkan. Mintalah kepastian soal promosi itu. Kalau perlu, minta pernyataan hitam di atas putih. Jadi, kalau mereka bohong, bisa kita perkarakan pakai barang bukti itu.
4. Nggak teliti