Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menyatakan penyelenggaraan Jambore Hipmi bertajuk Revolusi Mental di Bandung, Jawa Barat, 22 hingga 26 Mei 2016, bakal membangun jiwa kewirausahaan di antara para pemuda di Tanah Air.
"Jambore ini akan mempromosikan semangat kewirausahaan di kalangan generasi muda terdidik dan produktif, yakni mahasiswa," kata Ketum Hipmi Bahlil Lahadalia di Jakarta, Kamis (12/5/2016).
Ia mengatakan tema yang diangkat dalam jambore tersebut, yakni "Revolusi Mental, Jalan Tengah Membangun Entrepreneur Muda Berdaya Saing di Era MEA".
Berdasarkan survei Hipmi, sebanyak 80 persen mahasiswa di perguruan tinggi Indonesia masih bercita-cita menjadi pekerja, belum mau menjadi pengusaha.
Padahal, lanjutnya, jumlah mahasiswa di Tanah Air terdapat sekitar empat juta orang. "Di sisi lain, lapangan kerja sektor formal dan informal sangat terbatas," katanya.
Ketum Hipmi juga mengatakan, Indonesia perlu menciptakan lebih banyak pengusaha untuk menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, serta menciptakan kepastian pendapatan.
Ia menginginkan tidak hanya sekadar melipatgandakan jumlah pengusaha, Indonesia juga perlu menciptakan pengusaha baru yang berkualitas dan terdidik, yakni dari kalangan mahasiswa yang akan memiliki kemampuan meningkatkan kapasitas usahanya serta akan kuat menghadapi persaingan yang semakin ketat di era MEA.
"Kita tidak lagi hanya mengandalkan pengusaha hanya karena nasibnya jadi pengusaha, tapi kita perlu mencetak banyak wirausaha muda by design," ucapnya.
Ketum Hipmi juga menyebutkan, Presiden Joko Widodo dijadwalkan membuka Jamboree Hipmi Se-Asean di Bandung tersebut.
Sebelumnya, Ketum Hipmi Bahlil Lahadalia juga menyatakan, Rancangan Undang-Undang (RUU) Kewirausahaan selain akan melipatgandakan jumlah wirausaha juga akan berdampak positif bagi kebijakan fiskal.
"Penerimaan pajak negara akan melonjak bila semakin banyak pengusaha baru tercipta di Tanah Air," kata Bahlil Lahadalia.
Bahlil mencontohkan, setiap satu perusahaan baru yang terbentuk maka di dalamnya terdapat sekitar 40 persen "saham pemerintah" dalam bentuk Pajak Penghasilan (PPh) Badan, Pajak Pertambahan Nilai, dan PPh 21 persen.
Menurut dia, semakin banyak pengusaha baru yang tercipta akan semakin banyak pendapatan negara dari perpajakan.
"Kalau usahanya sukses, biasanya pengusaha akan bikin perusahaan baru lagi dan akan semakin banyak badan usaha yang membayar pajak," ucapnya.
Ia mengingatkan, terciptanya pengusaha baru akan menciptakan lebih banyak lagi lapangan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat, serta menciptakan kepastian pendapatan.
Ketum Hipmi mengatakan, saat ini Indonesia baru memiliki 1,5 persen pengusaha dari sekitar 252 juta penduduk Tanah Air. Sedangkan Indonesia dinilai masih membutuhkan sekitar 1,7 juta pengusaha untuk mencapai angka dua persen.
Sedangkan di negara Asean, seperti Singapura, tercatat sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, Thailand 4,5 persen, dan Vietnam 3,3 persen. (Antara)