Ekonom HSBC, Su Sian Lim mengatakan, jika Rancangan Undang-undang Tax Amnesty atau kebijakan pengampunan pajak batal disahkan oleh DPR, diperkirakan akan menimbulkan kekecewaan bagi investor di bidang portofolio. Hal ini mengingat penerimaan negara tahun ini belum sesuai seperti yang diharapkan.
"Ini imbas dari pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan masih relatif tertekannya pendapatan dari kegiatan yang berhubungan dengan minyak bumi. Jadi kabar adanya Tax Amnesty ini sangat menggembirakan bagi investor," kata Lim dalam seminar Economic Outlook 2016 di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (12/5/2016).
Kendati demikian, lanjut Lim, Indonesia tidak perlu khawatir jika tax amnesty ini gagal diberlakukan tahun ini. Pasalnya, pemerintah telah menyiapkan berbagai upaya agar ada perbaikan ekonomi sepanjang 2016.
"Sejak 2015 kan seperti BI sudah mengeluarkan berbagai stimulus sampai sekarang. Terus dari September 2015 sampai saat ini sudah ada 12 paket stimulus telah dikeluarkan. Banyak kebijakan yang telah diambil guna membuat iklim usaha serta investasi menjadi lebih mudah dan menarik melalui insentif pajak dan fiskal, serta pengurangan regulasi dan birokrasi," ungkapnya.
Tetapi, ia juga mengingatkan kepada Bank Indonesia (BI) dan pemerintah agar tidak terlalu berlebihan dalam mengeluarkan kebijakan. Hal tersebut dikhawatirkan tidak berjalan dengan baik dan menimbulkan inflasi.
"Kebijakannya bagis, tetapi BI harus tetap waspada karena kebijakan yang berlebihan bisa memicu risiko kenaikan inflasi dalam jangka menengah," tegas Lim.