BKPM Paparkan Layanan 3 Jam ke 100 Investor Australia

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 10 Mei 2016 | 10:57 WIB
BKPM Paparkan  Layanan 3 Jam ke 100 Investor Australia
Gedung BKPM di Jalan Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta Selatan. [bkpm.go.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terus berupaya untuk menarik minat investasi dari Australia. Kepala BKPM Franky Sibarani yang melakukan kegiatan lanjutan dari Selandia Baru, kemarin, Senin (9/5/2016) memaparkan kemudahan layanan investasi ke 100 investor yang berasal dari negeri Kanguru tersebut. Hal ini didukung oleh kehadiran salah satu investor yang telah secara langsung memanfaatkan layanan investasi 3 jam di BKPM.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai perbaikan untuk memberikan kemudahan untuk investor Australia. “Berbagai terobosan yang telah dilakukan adalah layanan izin investasi 3 jam, kemudian kemudahan investasi langsung konstruksi (KLIK) yang memangkas waktu yang dibutuhkan oleh investor yang akan melakukan konstruksinya,” ujarnya dalam keterangan resmi kepada media, Senin (9/5/2016).

Franky menyampaikan bahwa sebelumnya investor Australia memiliki persepsi bahwa Indonesia adalah negara yang inkonsisten dari sisi regulasi. “Oleh karena itu, penting bagi kami untuk menghadirkan testimoni secara langsung dari perusahaan yang telah memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam tersebut,” paparnya.

Lebih lanjut, Kepala BKPM menuturkan bahwa berbagai langkah dilakukan oleh pemerintah untuk memacu laju arus modal dari Australia ke Indonesia. Di antaranya dengan menunjuk Marketing Officer secara khusus yang mengurus dan memfasilitasi investor dari Australia dan Selandia Baru.

Dalam kesempatan tersebut hadir Dubes RI untuk Australia dan Republik Vanuatu Nadjib Riphat Kesoema, Konjen RI di Melbourne Dewi Savitri Wahab, Chief of Financial Officer Telkom Telstra Erik Meijer dan Perwakilan Coca Cola Amatil Indonesia Bruce Waterfield.

Erik Meijer yang sebelumnya sempat menjadi manajemen di Garuda Indonesia mengemukakan kesannya saat mengurus izin 3 jam di Indonesia. “Kami mengurus izin perluasan dan mendapatkan dokumen yang disyaratkan hanya dalam waktu 2 jam. Padahal sebelumnya kami sudah menghabiskan waktu selama 8 bulan untuk mengurusi izin lainnya dan juga membicarakan urusan administrasi," paparnya.

Testimoni yang disampaikan oleh Meijer dinilai positif karena datang langsung dari pelaku yang telah secara langsung mengalami dan mengurus izin di BKPM. Dukungan TelkomTelstra dan Coca-Cola Amatil Indonesia sebagai existing investor di Indonesia juga memiliki peran strategis bagi upaya pemerintah untuk memasarkan investasi di Australia.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Himawan Hariyoga menyampaikan bahwa dengan adanya dukungan dari existing investor maupun testimoni yang telah disampaikan pihaknya berharap hal tersebut dapat meyakinkan investor Australia. “Apabila mereka telah berhasil diyakinkan, tim pemasaran kami siap untuk memfasilitasi minat investasi yang telah disampaikan,” imbuhnya.  

Dari data yang dimiliki oleh BKPM per 27 April 2016, 54 perusahaan menggunakan layanan investasi 3 jam dengan nilai investasi yang difasilitasi mencapai Rp 109 triliun dan menyerap 33.825 tenaga kerja.

Australia sendiri merupakan salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia. Dari data BKPM periode tahun 2010-2015 tercatat realisasi investasi 2,1 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) terdiri dari investasi di sektor pertambangan, kimia dasar dan infrastruktur. Dari komitmen investasi tercatat sebesar 7,7 miliar Dolar AS yang telah didaftarkan ke BKPM terdiri dari sektor industri logam, properti dan sektor peternakan.

Angka realisasi investasi triwulan pertama (periode Januari-Maret) tahun 2016 dari Australia tercatat sebesar 59,98 juta Dolar AS terdiri dari 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5.070 orang. Secara keseluruhan total investasi yang masuk triwulan perta 2016 tercatat mencapai Rp 146,5 triliun meningkat 17,6 persen dari periode sebelumnya sebesar Rp 124,6 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI