Akuntansi Lingkungan Dinilai Mampu Tingkatkan Laba Perusahaan

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 07 Mei 2016 | 13:16 WIB
Akuntansi Lingkungan Dinilai Mampu Tingkatkan Laba Perusahaan
Sasana Debat Mahasiswa 2016 bertema “Socio Economic Enviromental Accounting” di Universitas Negeri Malang, Malang, Sabtu (7/5/2016).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ketua Humas Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) Komda Malang, DR. Ana Sopanah mengatakan, akuntansi lingkungan (green accounting) merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Istilah tersebut mulai dipraktekkan sejak tahun 1980-an di Eropa, dan Jepang menerapkannya sejak 2006. Praktek di Negara Eropa dan Jepang mengenai biaya lingkungan, justru meningkatkan laba perusahaan karena investor tertarik untuk berinvestasi.

Pandangan Ana disampaikan pada Sasana Debat Mahasiswa 2016 bertema “Socio Economic Enviromental Accounting” di Universitas Negeri Malang, Malang, Sabtu (7/5/2016).

“Isu akuntansi lingkungan ini menjadi perhatian banyak pihak, dan berkembang pesat baik secara teori maupun praktik, dimana biaya lingkungan dimasukkan ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah,” kata Ana dalam keterangan resmi. 

Menurutnya, perusahaan dituntut untuk tidak hanya mengejar profit/keuntungan ekonomi saja, tetapi sekarang ini perusahaan sudah harus berorientasi pada konsep triple bottom line, yakni People, Planet, and Profit sehingga dalam konsep sustainability perusahaan harus  memperhatikan, bahkan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat, serta turut menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan mandat Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

“Perusahaan berhak menggunakan sumber daya alam serta sumber daya manusia di sekitarnya, tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan semua akibat yang diperoleh dari proses operasionalnya,” terang peraih gelar Doktor Akuntansi di Universitas Brawijaya ini.

Ia menegaskan, eksistensi perusahaan tidak hanya untuk memaksimalisasi nilai shareholders, namun lebih dari itu adalah menjaga kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders), yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan, seperti karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, LSM, media massa, dan pemerintah. Sehingga dalam hal ini perusahaan memaknai CSR bukan lagi sebagai expense, tapi sebagai investasi perusahaan terkait sustainability-nya.

Terkait Sasana Debat Mahasiswa, Kajur Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, Dr. Nurika Restuningdyah, menyatakan bahwa kegiatan ini sebagai ajang kompetisi mahasiswa akuntansi untuk beradu wawasan dan menciptakan jiwa kompetisi yang sportif dan dinamis sebagai bekal menuju persaingan usaha. Selain itu, lanjut dia, kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi seluruh mahasiswa akuntansi se-Jawa Timur. Nurika berharap, adanya debat akuntansi ini, mahasiswa akuntansi dapat memperoleh pemahaman yang memadai tentang isu akuntansi lingkungan dan akuntansi hijau sebagai bekal menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

“Jadi, jangan sampai ada pemahaman yang keliru, bahwa dengan menganggarkan biaya lingkungan kinerja perusahaan malah turun karena laba turun, tetapi justru malah meningkat karena investor tertarik untuk berinvestasi. Dalam perspsektif  bisnis global, perusahaan-perusahaan perlu sertifikasi (ISO) pengelolaan lingkungan untuk bersaing di pasar global,” ucap Nurika.

Diketahui, Sasana Debat Mahasiswa 2016 yang diikuti oleh 57 tim baik dari perguruan tinggi negeri dan swasta ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang (UM) bekerjasama dengan IAI Komda Malang bertempat di gedung Fakultas Ekonomi UM Malang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI