Suara.com - Siapa kini yang tak kenal dengan kebab? Makanan dari Timur Tengah ini kini semakin digemari dan mudah dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan di ibukota Jakarta, kios atau outlet penjual kebab sangat mudah dijumpai dipinggir jalan.
Namun siapa sangka bahwa berjualan kebab jika dikelola dengan profesional bisa berkembang menjadi bisnis beromzet miliaran? Hendy Setiono, pemilik, pendiri sekaligus Presiden Direktur PT. Baba Rafi Indonesia telah membuktikannya. Kini produk kebab dengan merek Kebab Turki Baba Rafi telah berkembang pesat di seluruh Indonesia.
“Saat ini kami sudah memiliki lebih dari 1200 outlet penjualan diseluruh Indonesia. Kami sudah hadir di berbagai wilayah luar Jawa meskipun belum total 34 provinsi. Outlet kami yang di Jabodetabek sendiri ada 200 outlet dan yang diseluruh Pulau Jawa ada sekitar 60 persen dari total outlet kami,” kata Hendy saat diwawancarai Suara.com di Kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan, Jumat (6/5/2016).
Cerita Hendy menekuni bisnis kebab cukup panjang. Awalnya pada tahun 2003, Hendy mengunjungi negeri Qatar, salah satu negara di kawasan Asia Barat atau Timur Tengah. Kunjungan Hendy untuk menengok sang ayah yang memang bekerja di salah satu perusahaan minyak di Qatar. Saat di Qatar inilah, Hendy berwisata kuliner dan langsung jatuh cinta dengan makanan kebab.
Kala itu makanan kebab belum banyak diperjual belikan di Indonesia. Ia langung terpikir untuk membuka bisnis jualan makanan kebab di Indonesia. Sepulang dari Indonesia, Hendy akhirnya memutuskan tak melanjutkan studinya di Institut Teknik Surabaya (ITS). Keputusan ini sempat ditentang kedua orangtuanya yang ingin dirinya menjadi sarjana.
Namun tekad sudah bulat, Hendy lantas meminjam modal Rp4 juta dari sang adik. Bersama istrinya, Nilam Sari dan rekannya Hasan Baraja, ia memulai membuka geroba perdana di kawasan Nginden Semolo, Surabaya, Jawa Timur. Awal bisnis dilalui dengan banyak cobaan berat. Mulai dari kondisi gerobak yang tak layak serta bunga kredit bank yang sangat mahal hingga 18 persen.
Berbagai rintangan berat tak membuat Hendy menyerah. Ia punya resep agar bisnisnya bisa berkembang dan mampu melalui berbagai rintangan. Resep tersebut dikenal sebagai LETAM. Maksdunya adalah L-Lihat, E-Evaluasi Peluang, T-Tirukan cara yang mungkin dapat diadopsi, A-Amati caranya dan lakukan, M-Modifikasi cara yang telah dipilih itu.
Terobosan segar yang dilakukan pengusaha muda kelahiran Surabaya tahun 1983 ini ialah memodifikasi rasa dan ukuran agar sesuai lidah orang Indonesia. Di Timur Tengah, aroma cengkeh dan lada-nya terlalu pekat bagi banyak orang Indonesia serta ukuran produk kebabnya terlalu besar. Usaha Hendy tak sia-sia, lambat laun produk kebab Hendy mulai diterima oleh warga Surabaya.
Tahun 2005, Hendy dan sang istri mulai mengembangkan bisnis dengan konsep franchise (waralaba), dengan merek Kebab Turki Baba Rafi. Saat itu Hendy baru saja sukses mengembangkan 29 outlet. Pada tahun itu pula Hendy memindahkan kantor pusat dari Surabaya ke kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan. Di lokasi seluas 2000 m2, Hendy menyulapnya juga menjadi pusat produksi untuk menyuplai berbagai outletnya diseluruh Indonesia. “Satu lagi sentra produksi bahan baku kami juga punyai di Surabaya. Dari dua inilah bahan baku kebab kami dikirim ke seluruh Indonesia,” jelas Hendy.
Kedepan, Hendy ingin memperkenalkan Indonesia pada dunia melalui Kebab Turki Baba Rafi. Saat ini produknya sudah hadir di 9 negara. Selain Indonesia, Kebab Turki Baba Rafi telah hadir di Malaysia, Singapura, Fillipina, Brunei Darussalam, Sri Lanka, Cina, Belanda, dan Bangladesh.