Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, Indonesia memiliki banyak sekali lembaga pendidikan. Namun sayangnya, lembaga pendidikan tersebut belum menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja di Indonesia. Tak heran jika, sumber daya manusia di Indonesia masih rendah jika dibandingkan negara lain.
“Kami selalu mimpi link and match antara pendidikan dan kebutuhan kerja. Tapi kenyataannya jauh. Apalagi (hanya membangun kompetensi) dari pendidikan formal. Kita punya lembaga pendidikan, tapi sinkron atau tidak? Belum jawabannya,” kata Darmin saat menjadi pembicara dalam seminar Tantangan SDM Indonesia Menghadapi Persaingan Industri Layanan Keuangan di Era MEA di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (3/5/2016).
Dihadapan ratusan mahasiswa UNJ, Mantan Gubernur Bank Indonesia ini pun bercerita, pada 60 tahun yang lalu, Indonesia sebenanrnya sudah memiliki jalur pendidikan yang mengarahkan pelajarnya kepada dunia kerja. Bahkan itu sudah diterapkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sekolah-sekolah tersebut ini ditiadakan.
“Dulu ada pendidikan untuk tukang memasang bata dengan baik, kalau ada jendela di atasnya bata yang agak miring tanpa penopang, dia bisa berdiri. Kalau SMEA itu pendidikan dengan pembukuan walaupun sistemnya beda dengan yang ada di fakultas ekonomi. Tapi sekarang ini semua tidak ada,” ungkapnya.
Melihat kondisi tersebut, Darmin mengaku tidak heran, jika saat ini banyak lembaga pendidikanya yang menghasilkan tenaga kerja tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini lantaran, antara pendidikan dengan tenaga kerja tidak saling link and match. Sehingga sertifikat yang diperoleh tenaga kerja tidak sesuai dengan komptensi pekerja.
“Contoh lain, sebelum masuk pemerintahan, dulu saya memimpin lembaga penelitian UI. Sekali waktu saya mau rekrut juru ketik. Mau cari dua orang yang daftar 200 orang. Begitu dilihat mereka punya sertifikat dari lembaga Wordstar, dan sebagainya. Tapi lulusannya Wordstar itu bagaimana? Tidak jelas kemampuannya. Ini bagaimana. Jadi ini memang perlu kerja keras,” tegas Darmin.