Suara.com - Mungkin tak banyak orang yang bisa melakoni tiga peran sekaligus sebagai pengusaha, politisi sekaligus akademisi. Namun tiga peran itu bisa dijalani dengan baik oleh Anggawira, pengusaha muda kelahiran Indramayu, Jawa Barat ini.
“Awalnya saya memang tidak fokus bercita-cita menjadi hanya seorang pengusaha yang sukses. Sejak SMP hingga bangku kuliah, saya sangat senang berorganisasi. Dari situlah saya memiliki jejaring untuk merintis usaha,” kata Anggawira saat diwawancarai oleh Suara.com di Jakarta, Rabu (27/4/2016).
Semasa kuliah di Jurusan Teknik Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat, Anggawira aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) serta Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain itu, Kampus IPB juga menyediakan banyak wadah bagi mahasiswa yang ingin menekuni entrepreneurship. Walaupun diakui pada masa itu organisasi mahasiswa berbasis entrepreneur belum banyak muncul seperti era setelah 2010.“Waktu itu akhirnya saya ikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dimana kami membuat produk olahan dari susu,” ujar pria kelahiran 9 Januari 1982 tersebut.
Setelah lulus pada tahun 2003, Anggawira lantas menjadi karyawan di sebuah perusahaan minyak dan gas internasional asal Prancis, yakni Total E&P. Saat itu juga sang ayah meninggal dunia, sehingga sebagai anak sulung Angga menjadi tumpuan harapan keluarga. Karirnya di Total bisa dibilang menjanjikan karena sebagai karyawan baru dengan kualifikasi fresh graduate sudah bisa menikmati penghasilan keseluruhan sebesar Rp10 juta. “Tapi saya cuma bertahan setahun disana. Karena saya bosan dan merasa tidak leluasa mengembangkan kreatifitas karena harus tunduk pada aturan,” jelas Angga.
Setelah itu, selama dua tahun ia bekerja lepas dengan beberapa alumni IPB yang menjadi konsultan di beberapa perusahaan. Ia bahkan sempat menjadi Staf Ahli selama setahun dari Anggota DPR RI Tjahjo Kumolo yang kala itu berstatus Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Periode 2004-2009 (kini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri).
Bisnis pertama yang dirintis Angga adalah CV Sejahtera Utama Mandiri yang didirikan pada tahun 2006. Ini bergerak dibidang pengadaan alat tulis kantor (ATK) untuk Pemerintah Kota Depok. Ia kemudian masuk menjadi anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Jakarta Raya.
Selanjutnya, pada tahun 2007, ada program pemerintah terkait pengadaan pupuk organi bersubsidi yang akan disalurkan dan dijual kepada petani. Berkat jaringan dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Angga beserta rekannya mendapat kesempatan untuk terlibat dan mendirikan PT Permata Transindo. “Saat itu kami mendapat nilai kontrak dalam setahun Rp5 miliar. Ibaratnya, kami waktu itu mendapat durian runtuh,” jelas Angga yang kini menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira
Tahun ketiga, Angga yang terlanjur menikmati keuntungan besar lantas berinvestasi membangun pabrik pupuk organik. Sayangnya kebijakan pemerintah kembali berubah sehingga investasi yang terlanjur dikeluarkan membuahkan kerugian besar. “Saya mengalami kebangkrutan waktu itu karena policy pemerintah berubah pada 2010,” jelas Angga.
Untunglah berkat kedekatang dengan kalangan BUMN, Angga dan partnernya dipercaya menjadi distributor pupuk di wilayah Jawa Barat. Sampai sekarang bisnis lagi dengan bendera PT Sumber Sarana Tani.
Adapun PT Permata Transindo banting setir ke bidang pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) berkat jaringan yang terbangun saat menjadi konsultan migas selepas keluar dari Total. Mulai tahun 2015, Angga terjun ke bisnis penyediaan jasa kantor bersama atau virtual office.
Namun Angga menegaskan dirinya tak hanya ingin menjadi seorang pemimpin perusahaan yang maju dengan pesat ataupun memiliki kekayaan dalam jumlah sangat besar. “Bagi saya terbuka kesempatan menjadi seorang pemimpin yang berkontribusi memajukan masyarakat itu jauh lebih penting daripada sekedar bisnis maju dan berkembang,” jelas Anggawira yang juga menjadi Wakil Ketua DPD Gerindra Jawa Barat. Kini Angga juga dipercaya menjadi Koordinator Sahabat Sandiaga Uno dalam mendukung upaya kandidat Gerindra Sandiaga Uno dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Kesibukan berbisnis serta aktif dalam banyak organisasi dan partai politik tidak membuat Angga melupakan pentingnya pendidikan. Ia lulus S2 Magister Management Keuangan di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat pada tahun 2009. Kemudian Angga menggondol gelar Doktor pada tahun 2014 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur. Kini ia menjadi dosen tetap di Universitas Islam As-Syafi'iyah Jatiwaringin, Jakarta Timur. “Saya mengajar di beberapa kampus, tapi saya hanya jadi dosen tetap di As-Syafi'iyah,” jelas Angga.
Angga mengaku tak terbebani dengan melakoni peran sebagai pengusaha, politisi sekaligus akademisi. Menurunya, seseorang dalam menjalani hidup itu harus mempunyai banyak pilihan. Jika ada seseorang merasa terjebak dalam satu pilihan saja, menurutnya itu adalah sesuatu yang salah. “Meskipun pada akhirnya kita memang harus fokus ke beberapa hal, tidak bisa semua,” tutup Angga.