Bank sentral AS atau The Federal Reserve kembali mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah. Hal tersebut lantaran pertumbuhan lebih lambat dalam ekonomi AS sekalipun pasar tenaga kerja menguat.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Muliaman D Hadad mengaku, keptusan The Fed tersebut menjadi kabar baik bagi Indonesia. Hal ini tidak akan membuat Rupiah melemah.
"Kita sangat berutung karena kemarin The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya. Kalau tidak, ini akan mempengaruhi portofolio dan Rupiah akan tertekan karena akan menimbulkan sentimen negatif," kata Muliaman saat ditemui di kantor Bank Indonesia, Kamis (28/4/2016).
Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada institusi dan masyarakat untuk melakukan reformasi struktural. Selain itu OJK juga akan mendorong agar para pelaku jasa keuangan peluang yang ada di pasar keuangan.
"Seperti peluang masuknya dana di dalam negeri agar dapat dimanfaatkan untuk sektor pembangunan jangka panjang. Serta mendukung sektor-sektor produktif," katanya.
Selain itu, lanjut Muliaman, sektor jasa keuangan juga diharapkan mampu beradaptasi terhadap perkembangan yang terjadi saat ini agar mampu bergerak secara optimal untuk menghadapi perkembangan dan perubahan perekonomian.
"Karena itu kita harus mulai membangun iklim yang tidak hanya bisa mengundang masuknya portofolio, tapi juga penanaman modal langsung agar ketika sentimen (negatif) terjadi kita tidak terlalu terdampak," katanya.
Terakhir, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kamis (21/4/2016) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 6,75 persen. Keputusan ini mengakhiri pemangkasan suku bunga acuan tiga kali beruntun oleh Bank Sentral di Indonesia tersebut sejak awal tahun 2016 sebesar 75 basis poin.