Ini Tiga Pelajaran Penting dari Ekonomi Indonesia 2015

Kamis, 28 April 2016 | 13:25 WIB
Ini Tiga Pelajaran Penting dari Ekonomi Indonesia 2015
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perekonomian Indonesia selama tahun 2015 menurut Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo telah memberi tiga pelajaran penting. Pelajaran ini dipetik karena perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan positif, meski diterpa berbagai tantangan eksternal dan domestik.

“Pelajaran pertama, kebijakan makroekonomi perlu diterapkan secara disiplin, hati-hati, konsisten, dan tepat waktu. Kedua, perlunya dukungan sinergi kebijakan antar pemangku kebijakan. Dan ketiga, pentingnya reformasi struktural dan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi,” kata Agus saat berpidato dalama acara penyampaian Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) Tahun 2015 yang diluncurkan di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (28/4/2016). Buku tersebut mengambil judul “Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural”. 

Dalam sambutannya, Agus menjelaskan pelajaran pertama, kebijakan makroekonomi perlu diterapkan secara disiplin, hati-hati, konsisten, dan tepat waktu, baik fiskal maupun moneter. Hal itu menjadi kunci dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pelajaran kedua menunjukkan bahwa disiplin kebijakan makroekonomi tersebut tidak cukup tanpa didukung oleh sinergi kebijakan yang kuat antarpemangku kebijakan, baik Bank Indonesia, Pemerintah Pusat dan Daerah, serta otoritas terkait lainnya. Dan akhirnya, Ketiga, pentingnya implementasi reformasi struktural dan diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, temasuk hilirisasi, yang dapat memperkuat fondasi perekonomian, sehingga perekonomian menjadi lebih berdaya tahan (resilien) dan tumbuh secara berkelanjutan.

“Hal ini didasari oleh siklus perekonoman global yang terjadi sepanjang 2015,” ujar Agus.

Buku LPI adalah publikasi rutin tahunan BI yang memuat secara komprehensif dinamika perekonomian nasional pada tahun yang bersangkutan. Selain mendokumentasikan perjalanan ekonomi Indonesia, LPI juga berupaya menyampaikan sejumlah pelajaran yang bisa dipetik selama kurun waktu tersebut. Upaya menggali pelajaran dari perjalanan ekonomi tersebut cukup penting karena dapat menjadi fondasi bagi penguatan maupun penyempurnaan kebijakan ke depan.

Buku LPI disusun berdasarkan analisis mendalam dan riset ilmiah dari para peneliti Bank Indonesia. Buku LPI juga menghimpun data dari berbagai instansi terkait. “Buku ini diharapkan dapat menjadi rujukan yang berkualitas dan terpercaya dalam menyusun langkah kita ke depan untuk mencapai perekonomian yang lebih baik", tambah mantan Menteri Keuangan tersebut.

“Untuk tahun 2016, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh 5,2-5,6 persen dan terus berada dalam tren yang meningkat dalam jangka menengah,“ lanjut Agus. Inflasi juga diprakirakan dapat terjaga sesuai dengan kisaran sasaran 4±1 persen untuk tahun 2016-2017 dan 3,5±1 persen dalam jangka menengah.

“Dengan struktur perekonomian yang lebih baik dan sumber pertumbuhan yang lebih terdiversifikasi, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan tetap terkendali pada tingkat yang aman dan dengan struktur yang lebih sehat,“ papar mantan Direktur Utama Bank Mandiri tersebut.

Hadir dalam peluncuran acara tersebut, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D. Hadad. Dalam kesempatannya memberikan sambutan, Ketua OJK menekankan pada pentingnya sektor jasa keuangan untuk berkontribusi dalam upaya mempercepat reformasi struktural. Menurut Ketua OJK, sektor jasa keuangan, sebagai sumber pembiayaan pembangunan, harus berperan mewujudkan stabilitas dan inklusivitas di dalam perekonomian.

Seusai peluncuran buku, BI juga menggelar diskusi dengan tema yang sama yaitu “Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural”. Pembicara pada diskusi tersebut antara lain Mirza Adityaswara (Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia), Suahasil Nazara (Kepala BKF-Kementerian Keuangan), Raden Pardede (Pengamat Ekonomi), dan Rosan P. Roeslani (Ketua Umum KADIN) dengan moderator A. Tony Prasetiantono (Dosen FEB UGM).

Sementara itu, bertindak sebagai penanggap adalah Arifin Siregar (Gubernur BI 1983-1988), Anggito Abimanyu (Kepala Ekonom Bank BRI), Hariyadi Sukamdani (Ketua Apindo), dan Helmi Arman (Kepala Ekonom Citibank). Diskusi ini membahas berbagai upaya memperkuat sinergi kebijakan Bank Indonesia bersama Pemerintah untuk mengawal stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI