Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (26/4/2016) ditutup melemah 64 poin atau 1,33 persen ke level 4.814 setelah bergerak di antara 4.788 - 4.866. Sebanyak 110 saham naik, 204 saham turun, 60 saham tidak bergerak. Investor membukukan transaksi sebesar Rp 5,5 triliun, sementara investor asing membukukan transaksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 812,39 milyar.
Penjelasan tersebut tertuang dalam keterangan resmi Managing Partner PT. Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe, Rabu (27/4/2016).
Disisi lain, pasar saham Amerika Serikat ditutup bervariasi menjelang pertemuan bank sen-tral dan serangkaian laporan earning yang dirilis. Tingkat keyakinan konsumen AS di bulan April turun lebih besar dari perkiraan, optimisme warga AS terhadap outlook ekonomi menurun. "Angka indeks dari Conference Board turun menjadi 94,2 di bulan April dari 96,1 di bulan Maret," kata Kiswoyo.
Ekonom yang disurvei Bloomberg sebelumnya memperkirakan angka index sebesar 95,8. Turunnya ting-kat keyakinan disebabkan oleh ketidakpastian terhadap tahun pemilihan umum di AS dan pasar finansial yang bergejolak di awal tahun akibat kecemasan konsisi ekonomi global. Namun prospek pasar tenaga kerja yang lebih baik, serta tanda-tanda kenaikan pertumbunan gaji seharusnya akan menjaga kestabilan tingkat keyakinan.
Data lain yang dirilis hari Selasa (26/4/2016) menunjukkan pesanan barang tahan lama AS naik 0,8 persen di bulan Maret, lebih rendah dari perkiraan 1,9 persen. Sementara pesanan barang tahan lama inti yang tidak memasukkan sektor transportasi da-lam perhitungan turun 0,2 persen, mematahkan ekspektasi kenaikan 0,6 persen. Dow Jones ditutup naik 0,07 persen, Nasdaq melemah 0.47% dan S&P Indek naik 0.18 persen.
Pasar saham kawasan Eropa juga ditutup mix seiring investor mencerna beberapa laporan earning yang baru dan menjelang pertemuan kebijakan beberapa bank sentral utama pekan ini. "FTSE di Inggris naik 0.38 persen, DAX Jerman turun 0.34% dan CAC Perancis turun 0.28 persen," ujar Kiswoyo.
Pertumbuhan ekonomi Indoesia sepanjang tahun 2015 tercatat sebesar 4,79 per-sen. Pertumbuhan tersebut dicapai di tengah berbagai tantangan yang menghantui perekonomian domestik. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung menjelaskan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan bank sentral, tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan. Beragam situasi di global maupun domestik menjadi pemicu tantangan tersebut.
Sejak awal tahun Indonesia dihadapkan pada krisis Yunani, di tengah tahun ada devaluasi yuan. Pada bulan September ada kemungkinan The Fed segera menaikkan suku bunga. Pada saat itu, nilai tukar rupiah sempat menyen-tuh Rp 14.000 per dollar AS. Akan tetapi, dengan reformasi struktural yang dil-akukan pemerintah dan BI, perekonomian Indonesia dapat mencapai hasil yang baik di penghujung tahun 2015. Perekonomian Indonesia di akhir tahun 2015 bisa dikatakan mencapai perkembangan yang positif. Inflasi kembali masuk ke kisaran target BI 4,5 plus minus 1 persen, transaksi berjalan kembali sehat. Perekonomian Indonesia mulai bergerak ke fase perbaikan pada kuartal III 2015. IHSG hari ini kami prediksi akan bergerak di range 4750 – 4900.