Jokowi Bahas Skema Perdagangan dengan Uni Eropa

Kamis, 21 April 2016 | 18:21 WIB
Jokowi Bahas Skema Perdagangan dengan Uni Eropa
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberi keterangan pers mengenai penyanderaan warga negara Indonesia oleh kelompok militan Abu Sayyaf di Jakarta, Kamis (31/3/2016). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kunjungan Presiden Joko Widodo di Belgia dimanfaatkan untuk melakukan negosiasi sejumlah skema perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa. Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki Partnership and Cooperation Agreement (PCA) dengan Uni Eropa.

"Presiden menyampaikan bahwa Indonesia siap untuk melakukan negosiasi dalam konteks CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement). Ini merupakan signal yang kuat yang dikirim oleh Indonesia ke dunia internasional mengenai competitiveness dan ekonomi Indonesia yang terbuka," kata Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi di sela-sela kegiatan kunjungan Presiden di Belgia, Kamis (21/4/2016).

Retno menjelaskan, dalam sejarah, perdagangan Indonesia selalu dalam posisi surplus dengan Eropa, sehingga dengan skema CEPA ini diharapkan perdagangan akan semakin meningkat dan menguntungkan kedua belah pihak.

Selain CEPA, hal lain yang dibahas bersama Uni Eropa adalah mengenai masalah Forest Law Enforcement Governance and Trade (FLEGT). Hal ini adalah suatu upaya agar produk kayu dari Indonesia semuanya dapat memperoleh lisensi.

"Indonesia sekarang menunggu Uni Eropa secara penuh mengimplementasikan FLEGT license," ujar dia.

Permasalahan di luar skema ekonomi yaitu mengenai toleransi juga dibahas oleh Presiden Jokowi dan Petinggi Uni Eropa. Menlu Retno mengatakan, harapan dunia sangat besar kepada Indonesia, sebab Indonesia merupakan suatu cerminan dimana Islam, demokrasi, toleransi itu bisa berkembang dengan baik.

"Sekarang di mana-mana Indonesia diminta pendapatnya, didengar pendapatnya bagaimana mengembangkan masyarakat yang majemuk, yang toleran. Pada saat yang sama kita memiliki jumlah penduduk muslim yang besar, stabilitas politik yang terjaga, dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga," terang Retno.


Menlu Retno menambahkan, agenda berikutnya Presiden Jokowi akan bertolak ke Den Haag, Belanda nanti malam. Presiden Jokowi merupakan presiden pertama Republik Indonesia yang berkunjung ke Belanda setelah 16 tahun. Presiden Abdurrahman Wahid, merupakan presiden terakhir yang berkunjung ke Belanda pada tahun 2000 yang lalu.

Esok hari, Presiden Jokowi dijadwalkan akan melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan juga Raja Belanda Willem-Alexander. Presiden juga akan melakukan pertemuan terpisah dengan Ratu Maxima, dalam kapasitasnya sebagai United Nation Advisor untuk masalah ekonomi inklusif.

Selain melakukan pertemuan dengan para petinggi negeri kincir angin, Jokowi juga akan melakukan kunjungan ke Port of Rotterdam dan menghadiri forum bisnis Belanda - Indonesia yang akan menghasilkan sejumlah komitmen kurang lebih senilai 601,2 juta dollar Amerika Serikat.

"Kita fokuskan untuk kerja sama yang terkait dengan bidang maritim dan bidang pengelolaan air, keunggulan Belanda adalah di dua bidang itu," ucap Retno.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI