Suara.com - Masih belum pulihnya pertumbuhan ekonomi di dunia saat ini tidak hanya mengganggu kegiatan ekspor-impor saja, tetapi juga mempengaruhi pertumbuan arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara yang pertumbuhannya tidak mencapai 10 persen hingga Maret 2016.
"Sebenarnya untuk dari YoY sampai 2016 ini sudah lumayan cukup baik lah ada pertumbuhan tapi nggak sampai 10 persen. Yang paling ekstrim itu di 2014 ke 2015, penurunannya sangat besar hampir 20 persen," kata Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok, Arif Suhartono saat ditemui di Graha CIMB, Sudirman, Jakarta, Kamis (14/4/2016).
Turunnya arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok ini lantaran beberapa harga komoditas mengalami penurunan yang secara tidak langsung memperlambat pertumbuhan yang kecil hingga Maret 2016.
"Kalau kita bicara yang trading domestik itu yang menurun mostly yang konsumsi ya. Jadi karena mungkin dampak dari harga minyak dan juga deman dari produksi dari batubara. Karena kalau batubara turun, maka harga minyak juga turun. Mungkin ini juga mempengaruhi daya beli masyarakatnya. Jadi pertumbuhan kita sampai saat ini nggak besar tapi lumayan baik," katanya.
Kendati demikian, Arif mengaku sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga agar pertumbuhan peti kemas ini dapat tumbuh sangat baik hingga akhir tahun. Salah satunya dengan memperbaiki service agar mempermudah para pengusaha.
"Kalau kita tuh terus terang saja dalam lima tahun ke depan kita nggak terlalu ambisi dengan ekspansi, tapi bagaimana meningkatkan inprove service. Dimana kita mencoba menurunkan biaya-biaya yang bisa diturunkan agar biaya logistic kita semakin ditekan. Pokoknya service yang kita ke depankan," kata Arif.