Suara.com - Penurunan suku bunga terkait kredit penjualan perumahan (KPR) di berbagai bank serta sejumlah kebijakan relaksasi properti dinilai bakal menggairahkan peningkatan penjualan perumahan di masa mendatang.
"Diharapkan dengan suku bunga yang semakin turun dan diharapkan di bawah 10 persen akan meningkatkan penjualan perumahan yang lebih tinggi di semester II 2016," kata Direktur Riset Cushman & Wakefield Arief Rahardjo dalam paparan properti di Jakarta, Kamis (14/4/2016).
Menurut Arief Rahardjo, sejumlah kebijakan relaksasi seperti "loan to value" (LTV) yang diberlakukan sejak Juni 2015 dinilai belum memperlihatkan dampak yang signifikan dari segi penjualan perumahan.
Selama ini, ujar dia, jumlah unit perumahan yang terjual saat ini juga kecenderungannya masih menurun.
"Apakah nanti setelah tahun ini penurunan suku bunga ini akan berdampak, ini yang akan terus kita amati," katanya.
Ia mengungkapkan, kebanyakan penjualan perumahan yang difavoritkan di Jabodetabek adalah yang memiliki kisaran harga antara Rp750 juta sampai Rp1,6 miliar.
Segmen perumahan tersebut, lanjutnya, dinilai adalah segmen yang membutuhkan penurunan suku bunga lebih jauh karena bakal memberikan semakin banyak pilihan bagi pembeli untuk dapat membeli rumah yang terjangkau.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2016, rata-rata suku bunga kredit konsumsi perbankan termasuk KPR sebesar 13,94 persen. Level tersebut mengalami peningkatan dibanding Januari 2015 dimana rata-rata suku bunga kredit konsumsi bank umum mencapai 13,68 persen. (Antara)