BPK Prediksi Kerugian Negara di Semester II 2015 Rp9,87 Triliun

Selasa, 12 April 2016 | 15:05 WIB
BPK Prediksi Kerugian Negara di Semester II 2015 Rp9,87 Triliun
Ketua BPK Harry Azhar Aziz menyerahkan laporan kinerja BPK saat Rapat Paripurna DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/12). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan 2537 masalah berdampak finansial senilai Rp 9,87 triliun‎ yang terdiri atas masalah yang mengakibatkan kerugian Negara senilai Rp710,91 miliar, potensi kerugian Negara senilai Rp 1,15 triliun, dan kekurangan penerimaan senilai Rp 8 triliun. Data ini merupakan laporan selama semester II 2015.

Hal tersebut disampaikan Ketua BPK RI Harry Azhar Aziz, dalam acara penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) beserta Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Semester Tahun 2015 ‎kepada DPR RI dalam Rapat Paripurna di DPR, Selasa (12/4/2016).

"Berdasarkan IHPS dan LHP semester II Tahun 2015, BPK mengungkapkan 6.548 temuan yang memuat 8.733 p‎ermasalahan yang terdiri atas 6.558 masalah ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan senilai Rp 11,49 triliun dan 2.175 masalah kelemahan SPI," katanya.

BPK, sambung Harry, telah memeriksa 704 objek pemeriksaan yang terdiri atas: 92 objek pada pemerintah pusat. 571 objek pemerintah daerah dan BUMD; serta 41 objek BUMN dan badan lainnya. Berdasarkan jenis pemeriksaannya, terdiri atas: 35 objek pemeriksaan keuangan, 277 pemeriksaan kinerja, dan 392 pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Dia menambahkan, BPK melakukan pemeriksaan terhadap bidang-bidang pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hasil pemeriksaan atas pengelolaan program penanggulangan kemiskinan menunjukkan bahwa Pemerintah tidak dapat mencapai target penurunan tingkat kemiskinan tahun 2014.

"Pemeriksaan bidang pendidikan menunjukkan bahwa pengelolaan tunjangan profesi guru dan pelayanan pendidikan dalam pengelolaan guru, buku kurikulum dan sarana prasarana belum efektif," katanya.

"Jumlah alokasi anggaran tunjangan profesi guru secara nasional belum sesuai dengan kebutuhan, sehingga pembayaran tunjangan profesi tidak tepat waktu dan menimbulkan tunggakan," sambung Harry.

Kemudian, tambah dia, hasil pemeriksaan atas program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mengungkapkan bahwa penyelenggaraan program JKN belum sepenuhnya efektif dalam memberikan pelayanan kepada peserta.

Pelaksanaan program rujukan sebagai salah satu bentuk dukungan pelaksanaan JKN di Rumah sakit umum Pusat Nasional DR. Cipto Mangunkusumo (RSCM) belum optimal.

"Hasil pemeriksaan BPK atas 35 Laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2014, BPK memberikan opini wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas I LKPD, opini Wajar dengan Pengecualian (WDp) atas 17 LKPD, opini Tidak wajar (TW) atas 1 LKPD dan opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP) atas 16 LKPD," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI