Rupiah Menguat Pagi Ini Jadi Rp 13.111

Ririn Indriani Suara.Com
Selasa, 12 April 2016 | 10:52 WIB
Rupiah Menguat Pagi Ini Jadi Rp 13.111
Rupiah Menguat
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com -
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (12/4/2016) pagi bergerak menguat sebesar 22 poin menjadi Rp13.111 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.133 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, mengatakan spekulasi terhadap bank sentral AS yang tidak akan menaikan suku bunga acuan mendorong pelaku pasar uang untuk kembali berburu aset di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Bank sentral AS sedang menilai kekuatan ekonominya dan global. Kecemasan perlambatan global masih membayangi rencana bank sentral AS untuk menaikan suku bunganya karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi ekonomi AS," katanya.

Ariston menambahkan bahwa harga minyak yang kembali bergerak di level 40 dolar AS per barel turut menjadi faktor yang menopang laju mata uang komoditas, seperti rupiah. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI pada Selasa pagi ini berada di level 40,30 dolar AS per barel.

Sementara minyak mentah jenis Brent di posisi 42,75 dolar AS per barel.

"Harga minyak cukup stabil dengan kecenderungan menguat menyusul menjelang pembicaraan antara para produsen terbesar di dunia untuk pembatasan produksi," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa membaiknya harga minyak mentah dunia berdampak pada harga komoditas yang membaik sehingga berimbas positif terhadap mata uang rupiah di pasar valas dalam negeri.

"Di sisi lain, penguatan juga terlihat di pasar surat utang pemerintah bertenor 10 tahun. Kondisi itu menambah ruang penguatan bagi mata uang domestik," katanya.

Rangga mengharapkan bahwa angka penjualan motor dan mobil yang sedianya akan dirilis pada pekan ini membukukan perbaikan. Fokus pasar juga akan tertuju pada pembahasan APBN-P 2016 yang juga akan menentukan prospek pertumbuhan ekonomi ke depan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI