Suara.com - Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah menyatakan tidak mudah menekan angka "backlog" atau kebutuhan perumahan sederhana di Jateng karena terkendala oleh sulitnya memperoleh lahan.
"Untuk memperoleh lahan yang harganya sesuai dengan harga jual rumah sederhana tidak mudah," kata Wakil Ketua REI Jawa Tengah Bidang Perumahan Sederhana Andi Kurniawan di Semarang, Senin (11/4/2016).
Terutama di kota-kota besar, lahan dengan harga yang rendah sudah tidak lagi dapat diperoleh dengan mudah. Bahkan, saat ini untuk Kota Semarang hanya ada satu pengembang yang masih membangun rumah sederhana yaitu Wisata Hati yang berada di Kecamatan Genuk.
Untuk diketahui, saat ini angka "backlog" rumah sederhana di seluruh Indonesia mencapai 13 juta unit. 10 persen di antaranya khusus "backlog" di Jawa Tengah.
"Kami sendiri merasakan, menekan angka 'backlog ini sulit karena antara produksi dengan permintaan tidak seimbang. Di satu sisi produksi terhambat salah satunya karena lahan tetapi di sisi lain permintaan terus mengalir dari masyarakat," katanya.
Selain lahan, yang menjadi hambatan lain pada pembangunan rumah sederhana ini salah satunya adalah masalah regulasi perizinan. Menurut dia, yang menyulitkan adalah Perda Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di setiap kabupaten/kota tidak seragam.
"Masing-masing daerah memiliki kebijakan sendiri, ada yang mudah ada juga yang agak rumit. Ini tentu menyulitkan para pengembang," katanya.
Sebagai contoh, ada daerah yang mematok untuk pengurusan IMB sebesar Rp2,5 juta/unit, padahal idealnya adalah Rp200 ribu-500 ribu/unit.
Terkait hal itu, pihaknya berharap adanya dukungan dari Pemerintah Daerah. Dengan adanya keseragaman regulasi, pihaknya akan lebih mudah memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang menjadi segmentasi pasar dari rumah sederhana ini. (Antara)