Suara.com - Aliran modal bersih ke negara-negara berkembang telah melambat sejak 2010. Diharapkan berbagai negara berkembang menyusun kebijakan untuk bisa meminimalkan dampaknya. Pernyataan ini dikemukakan oleh Dana Moneter Internasional (IMF), pada Rabu (6/4/2016).
Dalam bab-bab analitis laporan Prospek Ekonomi Dunia (WEO) yang dipublikasin dua kali dalam setahun, IMF mengatakan arus masuk modal yang lebih lemah dan arus modal keluar yang lebih kuat telah memperlambat arus modal bersih ke sebagian negara berkembang sejak 2010.
"Sebagian besar penurunan arus modal dapat dijelaskan dengan diferensial penyempitan dalam prospek pertumbuhan antara negara-negara sedang berkembang dan negara-negara maju," kata IMF.
Pelambatan saat ini serupa dalam ukuran dan luasnya untuk episode pada 1980-an dan 1990-an yang dikaitkan dengan tingginya insiden krisis utang, kata laporan itu.
Tapi "perbaikan kerangka-kerangka kebijakan" telah membuat kejadian krisis utang eksternal untuk negara-negara berkembang dalam episode yang sedang berlangsung sejauh ini lebih rendah, kata IMF.
"Yang terpenting, rezim nilai tukar yang lebih fleksibel telah memfasilitasi depresiasi mata uang secara tertib, yang telah mengurangi efek dari siklus aliran modal global pada banyak negara berkembang," kata laporan itu.
Cadangan devisa yang lebih tinggi dan pangsa yang lebih rendah dari utang dalam mata uang asing juga telah membantu mengurangi dampak dari pelambatan arus modal, kata IMF. (Antara)