Suara.com - Pemulihan ekonomi global masih "terlalu lambat" dan "terlalu rapuh" dalam menghadapi meningkatnya risiko-risiko dari pelambatan di Cina dan pertumbuhan lemah di negara-negara berkembang. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan pada Selasa (5/4/2016).
"Kabar baiknya adalah bahwa pemulihan berlanjut; kita memiliki pertumbuhan; kita tidak dalam krisis," kata Lagarde dalam sebuah pidato di Frankfurt. "Kabar tidak begitu baik adalah bahwa pemulihan masih terlalu lambat, terlalu rapuh, dan risiko-risiko terhadap daya tahannya meningkat," ujar Christine memperingatkan.
IMF telah mengisyaratkan akan memangkas proyeksinya untuk pertumbuhan global 2016 saat ini 3,4 persen pada minggu depan, ketika menerbitkan perkiraan terbaru dalam pertemuan musim semi biasa dengan Bank Dunia di Washington.
"Telah terjadi kehilangan momentum pertumbuhan. Secara keseluruhan, prospek global telah melemah selama enam bulan terakhir - diperparah oleh pelambatan relatif Tiongkok, harga komoditas yang lebih rendah, dan prospek pengetatan keuangan untuk banyak negara," lanjutnya.
"Negara-negara berkembang telah sebagian besar mendorong pemulihan dan harapan bahwa negara-negara maju akan mengambil 'tongkat pertumbuhan'. Hal ini tidak terjadi." Lagarde mengatakan risiko-risiko lainnya memperburuk situasi, seperti ketidakpastian dari serangan teroris, "ancaman diam epidemi global, serta konflik dan penganiayaan yang memaksa orang untuk meninggalkan rumah mereka." Dalam situasi saat ini, IMF "waspada, bukan cemas," kata Lagarde, mendesak negara-negara besar untuk mempercepat reformasi struktural, mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif dan berinvestasi dalam infrastruktur.
Dia mendesak "tindakan tegas" menjelang pertemuan utama negara-negara maju dan berkembang di Washington pada 14 dan 15 April.
Lagarde juga memperingatkan terhadap peralihan ke kebijakan-kebijakan proteksionis, karena calon presiden AS secara terbuka mempertanyakan perdagangan bebas dan Eropa berusaha untuk mengendalikan pergerakan bebas dalam menanggapi krisis pengungsi.
"Terhadap beberapa, jawabannya adalah melihat ke dalam ... menutup perbatasan dan mundur ke dalam proteksionisme," ia mengamati. Tapi "sejarah telah mengatakan kepada kami - waktu dan lagi - ini akan menjadi sebuah perjalanan tragis," tutup Lagarde memperingatkan. (Antara)