Suara.com - PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) Persero menargetkan pendapatan premi pada tahun 2016 mencapai sekitar Rp3,6 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 56,52% dibandingkan realisasi pendapatan premi tahun 2015 yang mencapai Rp2,3 triliun.
"Peningkatan premi 2016 sejalan dengan perkiraan melonjaknya penjaminan mikro dan pengembangan penjaminan pembiayaan infrastruktur," kata Direktur Utama Askrindo Antonius Chandra S Napitupulu di sela kegiatan HUT Ke-55 Askrindo, di Jakarta, Minggu (3/4/2016).
Menurutnya, daya serap usaha mikro dalam beberapa tahun ini terus berjalan baik karena konsumsi domestik yang terus meningkat, serta potensi pengembangan proyek infrastruktur pemerintah. Ia menjelaskan, pendapatan premi sebesar Rp3,6 triliun tersebut, sebanyak Rp2 triliun di antaranya atau sekitar 55% berasal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR), sedangkan selebihnya atau sekitar Rp1,6 triliun dari non-KUR.
"Tahun ini (2016) pemerintah melanjutkan program penyaluran KUR dengan total mencapai sekitar Rp120 triliun, melonjak signifikan dibanding tahun 2015," ujarnya.
Secara keseluruhan ditambahkannya, peningkatan premi KUR sudah memperhitungkan tingkat "non performing guarantee" (NPG) atau penjaminan kredit bermasalah, yang diperkirakan semakin membaik dibanding tahun 2015.
"Puncak NPG terjadi pada tahun 2015 pada tingkat 4,5%. Tahun ini (2016) kami perkiraan lebih rendah berkisar 3-4%," ujarnya.
Meski demikian, diutarakan Antonius, Askrindo untuk 2016 sudah menyiapkan pencadangan dalam jumlah yang cukup kuat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sesuai aturan, dana cadangan yang disiapkan Askrindo yaitu sebesar 0,25% dari outstanding pertanggungan.
Secara keseluruhan, saat ini terdapat 13 produk Askrindo, meliputi Penjaminan KUR, Asuransi Kredit, Surety Bond, Kontra Bank Garansi, Customs Bond, Asuransi Kredit Perdagangan, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Kebakaran, Asuransi Kontraktor, Asuransi Tanggung Gugat, Asuransi pengangkutan, Asuransi Uang dan Asuransi Properti.
Pada tahun 2016, Askrindo menargetkan laba sebelum pajak sebesar Rp1,5 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2015 sebesar Rp1,002 triliun.