Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menawarkan Belanda untuk membangun kapal serbaguna yang bisa difungsikan membawa penumpang dan kontainer.
"Kami membuka peluang dan partisipasi asing untuk membangun pelabuhan dan bandara. Tapi kami juga butuh kapal karena rata-rata umur kapal kami itu 20-30 tahun. Beli dari Jerman dan Belanda dulu sekali. Ini saatnya memperbaruinya," kata Rizal saat menjadi pembicara kunci dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (24/3/2016).
Kendati membutuhkan kapal baru, mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan perlu ada perubahan desain kapal yang dapat berfungsi ganda.
Hal itu dilakukan guna mengikuti perkembangan zaman serta mendukung sektor pariwisata nasional yang saat ini tengah gencar digalakkan.
"Jadi kita sekarang harus bangun atau membeli kapal yang tidak hanya buat penumpang tapi fungsinya ganda. Bagian atas dibuat sebagai 'budget hotel' untuk turis, bawahnya bisa untuk muat kontainer," tuturnya.
Lebih lanjut, Rizal mengajak Belanda untuk bekerjasama dengan pola di mana teknisi Indonesia bisa bekerja dan menimba ilmu di Negeri Kincir Angin lalu kembali ke Tanah Air untuk mengembangkan perkapalan nasional.
Pola kerja sama seperti itu, menurut dia, bagus dilakukan karena selain bekerja sama, pada saat yang sama Belanda juga membantuk mendorong kapasitas domestik di Tanah Air.
Pola tersebut sendiri pernah diterapkan kepada teknisi PT. PAL yang kini telah berhasil mengekspor kapal perang buatan Indonesia ke Filipina.
"Ini kerja sama yang seharusnya dilakukan. Karena kalau Belanda hanya mencoba jual barang, kapal atau lainnya, menurut saya, Belanda akan kalah kompetitif dibanding China dan Korea," ujarnya.
Rizal menambahkan, dengan menggandeng perusahaan Indonesia, baik itu BUMN maupun swasta, Belanda dapat menekan biaya produksi sehingga bisa lebih kompetitif dengan pesaingnya di Asia.
"Tentu saja, saya harap pemerintah Belanda juga bisa bantu perusahaan swastanya dengan pembiayaan, difasilitasi dengan asuransi dan sebagainya agar bisa lebih kompetitif lagi," ucapnya.
Rizal menekankan, Indonesia yang terampil dan merek Belanda akan teknologinya diyakini dapat menjadi kombinasi tepat dan jika diterapkan, akan membuat penetrasi ke pasar ASEAN menjadi lebih mudah.
"Belanda harus melihat Indonesia tidak hanya sebagai Indonesia, tapi Belanda harus melihat Indonesia sebagai jendela dari 10 negara ASEAN lainnya. Kalau kita kombinasikan, kita bisa melakukan penetrasi ke 10 negara ASEAN lain untuk galangan kapal, pesawat terbang, teknologi dan lainnya," katanya mempromosikan Indonesia.
Selama ini industri galangan kapal di Indonesia memang masih lemah. Analis industri matirim, Kaharuddin Djenod menegaskan penyebab lemahnya industri perkapalan atau galangan kapal di Indonesia akibat dari aturan pemerintah yang salah. Selama ini, pemerintah pengeluarkan aturan yang salah dengan menggrtiskan bea masuk atau pajak impor kapal laut. Sementara impor komponen untuk membuat kapal di dalam negeri mendapatkan pajak berlapis. Mulai dari bea masuk sampai pajak penambahan nilai. (Antara)