Suara.com - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) menilai pekembangan model bisnis dengan sistem dalam jaringan atau e-commerce merupakan peluang dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
"Dengan perkembangan signifikan dari e-commerce akan membuka peluang yang besar dalam industri pengiriman ekspres, pos dan logistik," kata Ketua Umum Asperindo Muhammad Kadrial dalam konferensi pers di Jakarta Design Center, Jakarta, Senin (21/3/2016).
Kadrial memandang demikian, karena menurut perhitungan dari pihaknya, e-commerce sendiri akan mengalami peningkatan mencapai 40 persen atau menyumbang 25 persen dari seluruh pertumbuhan industri logistik nasional yang diperkirakan mencapai 15,2 persen hingga 2019 mendatang.
Kendati demikian, berdasarkan lembaga riset asal Inggris Euromonitor International, perdagangan ritel dalam jaringan (online) di enam negara Asia Tenggara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam masih kurang dari 1 persen.
Padahal di Tiongkok dan Amerika Serikat, perdagangan online mencapai 10,6 persen dan 8,3 persen dari total penjualan ritelnya. Dari enam negara Asia Tenggara, Indonesia sejak 2014 berada di peringkat pertama sebagai negara dengan pasar e-commerce terbesar di Asean.
"Tahun lalu, penjualan online di Indonesia mencapai 1,1 miliar dolar AS. Euromonitor memperkirakan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) penjualan online di Indonesia pada 2014-2017 ada di angka 38 persen," ujarnya.
Dengan pertumbuhan seperti itu, kata dia, e-commerce berdampak positif bagi kinerja dan operasional jasa ekspres, pos dan logistik seperti JNE, Pos Indonesia, Tiki dan pelaku usaha sejenis lainnya.
"Model kemitraan pelaku e-commerce dan pelaku ekspres, pos dan logistik merupakan simbiosis mutualisme. Karenannya harus ada juga peningkatan teknologi dan aplikasi dari pelaku jasa pengiriman untuk mempermudah transaksi pengiriman sehingga ada interkonektivitas satu dengan lainnya yang berakibat arus bisnis sektor ini cepat, aman dan mudah," ujarnya.
Dia juga menambahkan inovasi berbagai aplikasi tersebut berguna untuk kinerja internal perusahaan, urir, gudang dan sebagainya akan memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan kemudahan dalam berbisnis.
"Kami di asosiasi sudah mulai melakukan peningkatan tersebut. Bahkan berdasarkan survei bank dunia pada Oktober tahun lalu, memperlihatkan kenaikan peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia menjadi 109 yang sebelumnya 120 dari 189 negara," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, volume penjualan ritel eCommerce di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi pertumbuhannya di Asia Pasifik. Mengutip dari eMarketer, penjualan ritel eCommerce di Indonesia pada 2015 lalu diperkirakan mencapai US$ 3,22 miliar atau sekitar 1,4% dari total transaksi ritel. Pada 2016, total penjualan eCommerce diperkirakan mencapai US$ 5,29 miliar atau berkontribusi sekitar 2,2% bagi total transaksi ritel. Pada 2017, total penjualan eCommerce mencapai US$ 8,21 miliar dengan kontribusi ke total transaksi ritel 3,1%. Pada 2018 kontribusi eCommerce ke total transaksi ritel sekitar 3,9% dengan nilai US$ 10,92 miliar.(Antara)