Suara.com - Badan Koordinasi Penanaman Modal mengidentifikasi 13 minat perusahaan asal Cina yang serius menanamkan modalnya di Indonesia dalam kunjungan kerja ke negeri tirai bambu sejak Kamis (17/3/2016) Ke 13 investor tersebut terdiri dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor pembangkit listrik energi terbarukan, furnitur, industri kimia, konsultasi konstruksi, jasa konstruksi, elevator, obat tradisional, industri tekstil, industri pupuk, garmen, industri mesin jahit dan industri pengolahan kayu, kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (20/3/2016).
"Skala investasinya lebih ke menengah investor skala menengah dengan kisaran investasi dibawah 1 juta dolar AS-50 juta dolar AS. Namun ada sebagian yang skalanya lebih besar seperti yang sektor pembangkit listrik terbarukan merupakan yang anak perusahaman kelistrikan terbesar di Cina," katanya.
Minat investasi itu tertuang dalam pertemuan dengan lima investor--yang berpusat di kota Huzhou--, setelah kegiatan forum bisnis Zhejiang-Indonesia Investment Conference.
Dalam forum tersebut, Franky menyampaikan kemudahan layanan investasi di hadapan 150 perwakilan 100 perusahaan dari Cina.
Partisipan yang hadir berasal dari kota Huzhou dan sekitar Zheijang yang dikenal sebagai salah satu sentral industri tekstil (sutra).
Menurut Franky, untuk bidang usaha furnitur, investor Cina yang masuk sedang mencari lokasi yang tepat, utamanya terkait dengan UMR (upah minimum regional) serta insentif yang diberikan untuk industri padat karya.
"Mereka membidik segmentasi furnitur untuk perkantoran," jelasnya.
Sementara untuk investor di bidang industri kimia rencananya akan segera melakukan konstruksi di lahan seluas 2.000 hektare. Demikian pula dengan perusahaan konstruksi yang telah memiliki mitra lokal di Batam.
Wali Kota Huzhou Chen Weijun menyampaikan pihaknya akan terus meningkatkan hubungan kerja sama ekonomi baik perdagangan dan investasi dengan Indonesia.
"Pada tahun 2015, total volume perdagangan impor dan ekspor antara Indonesia and Huzhou mencapai 170 juta dolar AS, dengan angka pertumbuhan mencapai 5,6 persen. Total perdagangan dalam sektor jasa mencapai 6,87 juta dolar AS. Perusahaan Huzhou yang ada di Indonesia di antaranya Zhongyi Construction Group, dan Zhongshan Chemical Industry Group yang meluncurkan beberapa proyek investasi. Saat ini ada enam perusahaan Huzhou yang telah beroperasi di Indonesia," paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Franky juga menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara CCPIT (China Council for Promotion of International Trade) dengan Inacham yang juga dihadiri Konjen RI di Shanghai Kenssy Dwi Ekaningsih.
Direktur Fasilitasi Promosi Daerah BKPM, yang juga merupakan Director in Charge untuk pemasaran investasi Tiongkok, Aloysia Endang Wahyuningsih mengatakan pemasaran BKPM akan memfasilitasi pertimbangan maupun permintaan yang disampaikan oleh investor sebagai syarat dalam menanamkan modalnya di Indonesia.
"Kami akan upayakan langkah-langkah solutif bagi investor sehingga mereka dapat segera merealisasikan minat investasi yang telah disampaikan," imbuhnya.
Investasi dari Tiongkok yang sepanjang tahun 2015 (tidak termasuk sektor hulu migas dan keuangan) mencapai 628,3 juta dolar AS, menempatkan Cina sebagai investor terbesar ke sembilan di Indonesia.
Nilai tersebut di luar angka investasi Cina ke Indonesia yang juga tercatat melalui negara-negara lainnya sebesar 1,53 miliar dolar AS sehingga total investasi negara tirai bambu itu pada tahun 2015 sebesar 2,16 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 47 persen dibandingkan tahun sebelumnya. (Antara)