Kelima, strategi penerapan single risk managemen dalam mengelola aktivitas pelabuhan. Semua risiko yang menghambat proses pekerjaan apapun yang ada di pelabuhan nantinya tidak hanya akan menjadi measalah masing-masing kementerian/lembaga (K/L).
Sistem ini akan melengkapi sistem yang ada sekarang yaitu Indonesia Nasional Single Window (INSW). Dengan adanya penerapan sistem tambahan tersebut, waktu bongkar muat barang di pelabuhan alias dwelling time bisa berkurang.
Solusi keenam, pihaknya akan mengusulkan mencari pelabuhan-pelabuhan selain Tanjung Priok yang bisa menampung kontainer perusahaan-perusahaan besar.
"Kita melirik ada tiga pelabuhan di Banten. Supaya beban di Tanjung Priok bisa sedikit berkurang," katanya.
Terakhir, pihaknya akan menerapkan istilah first come first serve. Kapal yang datang langsung dilayani sesuai antrian. Selama ini, kapal yang masuk ke Pelabuhan menunggu Tempat Penampungan Semantara (TPS) langganan mereka, sementara TPS yang lain banyak yang kosong.
"Kapal yang pertama datang itu yang dilayani. Itu sudah jadi peraturan utama pelabuhan di dunia," ungkap Agung.