Suara.com - Pengerjaan Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, menggunakan tenaga ahli yang cukup berpengalaman dari Institut Teknologi Bandung.
"PT Pelindo 1 dalam membangun Pelabuhan Kuala Tanjung itu juga memanfaatkan para ahli dalam pembangunan pelabuhan dari ITB tersebut," kata Direktur Operasi PT Prima Multi Terminal Eko Widianto di Kuala Tanjung, Sabtu (12/3/2016).
PT Prima Multi Terminal merupakan anak perusahaan PT Pelindo I (Persero).
Digunakannya tenaga ahli dibidang pelabuhan dari ITB itu, menurut dia, karena mereka dikenal memiliki segudang pengalaman dan mengetahui dengan jelas mengenai kondisi laut di Kuala Tanjung.
"Selain itu, para ahli rancang bangun dari ITB itu, sudah banyak menyelesaikan pekerjaan pembangunan pelabuhan yang bertaraf internasional di Tanah Air," ujar Eko.
Ia menjelaskan, para arsitek dan tenaga ahli dari ITB itu, setiap saat terus memantau pengerjaan fisik pelabuhan Kuala Tanjung yang dikerjakan tenaga kerja lokal.
Kemudian material untuk pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung itu, menggunakan produksi dari dalam negeri, misalnya besi baja ulir, semen dari PT Andalas Padang, dan bahan baku lainnya.
"Memang ada beberapa material untuk bangunan Pelabuhan Kuala Tanjung itu yang terpaksa kita pesan di luar negeri, karena memang bahan tersebut tidak ada di Indonesia," katanya.
Eko mengatakan, segala bahan bangunan untuk pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung tersebut tetap diusahakan produk dari Indonesia, karena telah memiliki kualitas internasional dan tidak diragukan lagi.
Bahkan, tenaga kerja yang menyelesaikan pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung tidak ada satu pun menggunakan warga negara asing.
"Seluruh pekerja dan bahan bangunan untuk Pelabuhan Kuala Tanjung berasal dari dalam negeri. Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara yang memiliki pelabuhan terbesar dan juga bertaraf internasional," ucap Eko.
Sementara itu, PT Pelindo 1 menargetkan pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara, tahap I untuk Terminal Multipurpose ditargetkan selesai dibangun pada akhir tahun 2016.
Efektifnya beroperasi pada kuartal I 2017.Saat ini pembangunan fisik terminal multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung telah mencapai 42 persen.
Proses pembangunan Terminal Multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung itu relatif cepat sejak peletakan batu pertama (groundbreaking) pada 27 Januari 2015 yang diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo.
Tahap 1, pelabuhan ini akan memiliki fasilitas trestle sepanjang 2,7 km, dermaga sepanjang 500 meter, container yard dengan kapasitas 500.000 TEUs dan kedalaman kolam 14-17 mLWS.
Sebagaimana diketahui, Pelabuhan Kuala Tanjung tak bisa dipisahkan dari program Tol Laut yang digagas Presiden Joko Widodo. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, konsep tol laut adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia.
Program ini didukung dengan pembangunan 24 pelabuhan strategis pendukung tol laut. Terdiri dari 5 pelabuhan utama yakni Belawan (Medan), Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Bitung (Sulawesi Utara). Ini ditambah 19 pelabuhan feeder antara lain Malahayati di Aceh, Batu Ampar di Batam, Teluk Bayur di Padang, Jambi, Palembang, Panjang di Lampung, Tanjung Emas di Semarang, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Kariangau di Balikpapan, Palaran di Samarinda, Pantoloan di Sulawesi Tengah, Kendari, Tenau di Kupang, Ternate, Ambon, Sorong dan Jayapura.
Program ini juga dibarengi revitalisasi industri galangan kapal dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan permintaan kapal dalam negeri. Pembangunan tol laut diperkirakan menelan biaya investasi Rp699,99 triliun. (Antara)