Suara.com - Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, akan dikembangkan sebagai "Industri Gateway Port" yang mengintegrasikan pelabuhan dan kawasan industri di daerah tersebut.
"PT Pelindo yang membangun Pelabuhan Kuala Tanjung itu juga akan menyiadakan lahan untuk kawasan industri tersebut, terkait rencana perlunya melukakan reklamasi," kata General Manajer Pelindo 1 Kuala Tanjung, Agus Deritanto di Kuala Tanjung, Sabtu (12/3/2016).
Selain itu, menurut dia, juga akan dilakukan pembangunan terminal transit di kawasan Pelabuhan Kuala Tanjung tersebut.
"Pada tahap I, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung ini akan memiliki fasilitas trestle sepanjang 2,7 km, dermaga sepanjang 500 meter, container yard dengan kapasitas 500.000 TEUs dan kedalaman kolam 14-17 mLWS," ujar Agus.
Ia menyebutkan, progres pengerjaan Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung hingga 7 Maret 2016 ini, dan telah selesai mencapai 42 persen, serta terus ditingkatkan lagi.
Bahkan, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang baru berlangsung selama empat bulan ini dinilai cukup cepat, karena ditangani tenaga ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan tenaga kerja lokal yang berpengalaman.
"Jadi target pengerjaan Pelabuhan Kuala Tanjung diharapkan dapat selesai dengan tempat waktu sesuai yang telah ditentukan," ucap Agus.
Sementara itu, Pelabuhan Kuala Tanjung tersebut akan dikembangkan dalam empat tahap, yaitu tahap I pengembangan Terminal Multi Purpose Kuala Tanjung (2015-2017), dan tahap II pengembangan kawasan Industri di Kuala Tanjung seluas 3.000 hektare (2016-2018).
Kemudian, tahap III pengembangan Dedicated Terminal/Hub Port (2017-2019), dan tahap IV pengembangan kawasan industri terintegrasi (2021-2023).
Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung itu sejalan dengan program pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia melalui program tol laut.
Selain mengembangkan Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelindo 1 juga mengoptimalkan potensi yang dimiliki, salah satunya dengan pelayanan pada segmen Pelayanan Kapal atau Marine Service.
Pelayanan Marine Service itu seperti pemanduan laut dalam (Deep See Pilotage) di Selat Malaka, pelayanan kegiatan Ship To Ship Transfer (STS) atau kegiatan alih muat komoditas dari satu kapal ke kapal lain di Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, serta pelayanan pemanduan dan penundaan di Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).
Sebagaimana diketahui, Pelabuhan Kuala Tanjung tak bisa dipisahkan dari program Tol Laut yang digagas Presiden Joko Widodo. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, konsep tol laut adalah konektivitas laut yang efektif berupa adanya kapal yang melayari secara rutin dan terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia.
Program ini didukung dengan pembangunan 24 pelabuhan strategis pendukung tol laut. Terdiri dari 5 pelabuhan utama yakni Belawan (Medan), Kuala Tanjung (Batubara, Sumatera Utara), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Bitung (Sulawesi Utara). Ini ditambah 19 pelabuhan feeder antara lain Malahayati di Aceh, Batu Ampar di Batam, Teluk Bayur di Padang, Jambi, Palembang, Panjang di Lampung, Tanjung Emas di Semarang, Pontianak, Sampit, Banjarmasin, Kariangau di Balikpapan, Palaran di Samarinda, Pantoloan di Sulawesi Tengah, Kendari, Tenau di Kupang, Ternate, Ambon, Sorong dan Jayapura.
Program ini juga dibarengi revitalisasi industri galangan kapal dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan permintaan kapal dalam negeri. Pembangunan tol laut diperkirakan menelan biaya investasi Rp699,99 triliun. (Antara)