Suara.com - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati mengakui situasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun lalu masih melambat. Kondisi ini membuat permintaan kredit terhadap perbankan nasional menurun tajam.
"Otomatis ketika situasi pertumbuhan ekonomi nasional maupun global melambat, akan mempengaruhi dunia usaha. Jelas ini berpengaruh terhadap penurunan daya beli masyarakat. Ujungnya, tentu permintaan kredit terhadap perbankan juga akan menurun," kata Enny saat dihubungi Suara.com, Jumat (11/3/2016).
Enny juga mengakui masih tingginya suku bunga kredit perbankan juga turut memicu melambatnya pertumbuhan kredit perbankan pada tahun lalu dibanding 2014. Ditengah merosotnya pertumbuhan ekonomi domestik, suku bunga yang tinggi juga akan menambah keengganan untuk mengambil kredit.
"Tapi tahun ini saya kira akan membaik kondisinya. Karena Bank Indonesia (BI) juga sudah dua kali menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) dua kali. Selain itu, proyek infrastruktur juga sedang digeber oleh pemerintah dengan lebih cepat pada tahun ini. Saya kira pertumbuhan kredit perbankan tahun ini berpotensi lebih tinggi dibanding capaian tahun lalu," tutup Enny.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2015, jumlah kredit yang disalurkan bank umum di Indonesia mencapai Rp4.057,90 triliun. Jumlah ini bertumbuh 10,44 persen dibanding akhir 2014 yang mencapai Rp3.674,30 triliun.
Realisasi pertumbuhan kredit perbankan di akhir 2015 jauh melambat dibandingkan tahun 2014. Kala itu, realisasi pertumbuhan kredit perbankan Indonesia di akhir 2014 mencapai 35,69 persen dibanding akhir 2013 yang mencapai Rp2.707,86 triliun.